Baju Gembel di Jepang Bukan Compang-camping, Justru Elegan dan Bernilai Seni Tinggi Seperti Ini
Mendengar 'baju gembel' yang terbayang compang-camping dan kumal. Tapi di Jepang justru baju berkelas dan berseni tinggi!
Editor:
Agung Budi Santoso
Kelanggengan pakaian tradisional itu seakan menghidupkan kembali zaman Edo (1603-1868). Pakaian itu sampai menjadi mode pakaian eksentrik saat ini tak lepas dari peran Chuzaburo Tanaka, seorang etnolog dan penulis, yang mengoleksi pakaian kampung tersebut.
Tanaka yang lahir di wilayah utara Pulau Honshu di Prefektur Aomori pada 1933 memiliki sekitar 30.000 koleksi penting berupa kekayaan budaya, kesenian rakyat, barang antik, dan pakaian.
Koleksinya tersebut berkualitas tinggi. Hal itu diakui dan dipuji oleh tokoh-tokoh penting, terutama seniman, seperti Akira Kurosawa (1910-1998) dan Shuji Terayama (1935-1983), yang bahkan menggunakan beberapa koleksi Tanaka dalam film atau buku karya mereka.

Boro, busana orang kampung Jepang zaman dulu, dipajang sebagai karya seni (Kompas/ Subhan SD)
Museum Amuse menggelar pameran boro untuk pertama kalinya setelah 100 tahun berlalu sejak penggunaan terakhir boro.
Boro bukanlah baju limbah, tetapi bermetamorfosa sebagai apa yang disebut keindahan praktis (Yuyo-no-Bi) yang barangkali telah lama terlupakan.
Jika Anda berkunjung ke museum itu, koleksi boro dapat dilihat di lantai 2 dan 3. Jam buka museum antara pukul 10.00 sampai pukul 18.00. Namun, hari Senin, museum itu tutup. Barangkali saja Anda tertarik baju kampung yang high class itu. (M. Subhan SD)