Rabu, 3 September 2025

Travel Story

Ritual Kasada di Gunung Bromo, Ungkapan Syukur Suku Tengger kepada sang Pencipta

Tepat pada malam ke-14 bulan Kasada, suku Tengger akan membawa sesajen berupa hasil ternak dan pertanian ke Pura Luhur Poten.

Kompas/Bahana Patria
Warga suku Tengger membawa sesaji untuk dilarung ke kawah Gunung Bromo pada puncak upacara adat Kasada, di Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Selasa (12/8/2014). Kegiatan yang berlangsung setahun sekali ini harus dilaksanakan meski bau belerang dari kawah gunung menyengat. 

Bahasa daerah yang mereka gunakan sehari hari adalah bahasa Jawa Kuno. Mereka tidak memiliki kasta bahasa, sangat berbeda dengan bahasa Jawa yang dipakai umumnya dengan tingkatan bahasa.

Asal mula nama suku Tengger diambil dari nama belakang Rara Anteng dan Jaka Seger.

Keduanya membangun pemukiman dan memerintah di kawasan Tengger ini kemudian menamakannya sebagai Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger atau artinya “Penguasa Tengger yang Budiman”.

Sebelum Upacara Kasada Bromo dilangsungkan, calon dukun dan tabib akan menyiapkan beberapa sesaji untuk dipersembahkan dengan cara melemparkannya ke kawah Gunung Bromo.

Persembahan sesajen ini dilakukan beberapa hari sebelum upacara. Mereka juga harus melalui tes pembacaan mantra terlebih dahulu saat upacara berlangsung sebelum dinyatakan lulus dan diangkat oleh tetua adat.

Peran dukun atau tabib badi suku Tengger sangat kuat karena dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan masalah yang dialami oleh masyarakatnya. Tabib ini dapat melafalkan mantra-mantra kuno Hindu.

Suku Tengger adalah pemeluk agama Hindu lama dan tidak seperti pemeluk agama Hindu umumnya yang memiliki candi-candi sebagai tempat peribadatan.

Untuk melakukan peribadatan maka mereka akan melakukannya di punden, danyang dan poten.

Poten sendiri merupakan sebidang lahan di lautan pasir di kaki Gunung Bromo sebagai tempat berlangsungnya upacara Kasada. Poten terdiri dari beberapa bangunan yang ditata dalam suatu komposisi di pekarangan yang dibagi menjadi tiga mandala.

Tepat pada malam ke-14 bulan Kasada, suku Tengger akan beramai-ramai membawa sesajen berupa hasil ternak dan pertanian ke Pura Luhur Poten dan menunggu hingga tengah malam saat dukun ditasbihkan tetua adat.

Berikutnya, sesajen yang disiapkan dibawa ke atas kawah gunung untuk dilemparkan ke kawah sebagai simbol pengorbanan yang dilakukan oleh nenek moyang.

Bagi suku Tengger, sesaji yang dilembar ke Kawah Bromo tersebut sebagai bentuk kaul atau rasa syukur atas hasil ternak dan pertanian yang melimpah.

Di dalam kawah ternyata telah menunggu banyak pengemis dan penduduk tengger yang tinggal di pedalaman.

Uniknya mereka jauh-jauh hari sudah tiba di sini bahkan sengaja mendirikan tempat tinggal sementara di sekitar Gunung Bromo dan berharap mendapatkan ongkek-ongkek yang berisi sesajen berupa buah-buahan, hewan ternak, juga uang.

Aktivitas penduduk tengger pedalaman yang berada di kawah gunung bromo dapat Anda lihat sejak malam hingga siang hari saat hari menjelang upacara Yadnya Kasada Bromo.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan