Wisata Yogyakarta
Tahukah Anda Sejarah Sriwijaya Bermula dari Keraton Ratu Boko? Begini Kisahnya
Jika ingin eksplorasi detil tentang Keraton Ratu Boko, tentu paling afdol, Anda bersegeralah kunjungi destinasi yang satu ini.
Editor:
Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribun Jogja, Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, KLATEN - Jika Anda tinggal di Palembang, tentulah Kerajaan Sriwijaya yang terkenal itu sulit dipisahkan dari wilayah agung di tepian Sungai Musi yang didirikan Balaputradewa.
Tetapi tahukah Anda, kemegahan Sriwijaya sesungguhnya bermula dari Keraton Boko.

Wisatawan asing mengabadikan suasana di gerbang keraton Ratu Boko. (Tribun Jogja/Setya Krisna Sumarga)
Bagaimana ceritanya? Sejumlah ahli sejarah kuno menafsir, Balaputradewa pernah membangun, atau setidaknya menggunakan biara kuno berbenteng batu yang mulanya bernama Abhayagiri Vihara ini sebagai kubu pertahanan.
Saat itu ia digempur Rakai Pikatan, suami Pramodawardhani, pewaris tahta dinasti Syaleindra.
Di versi ini, Balaputradewa adalah saudara Pramodawardhani, anak Raja Samaratungga yang berkuasa di Mataram Kuno.
Sesudah kalah, Balaputradewa menyingkir ke seberang lautan, dan mendirikan kerajaan di Swarnadwipa (Sumatera).
Tapi versi lain menyebut Balaputradewa tersingkir bukan karena perang, melainkan inisiatif sendiri karena merasa ia bukan pewaris Samaratungga, jadi tak berhak atas kekuasaan di Jawadwipa.
Ia bukan pula anak Samaratungga, melainkan adik saja.

Ritual di kompleks Keraton Boko. (Tribun Jogja/Setya Krisna Sumarga)
Naskah detail atau prasasti yang akurat tentang riwayat Keraton Boko belum pernah ditemukan.
Namun pasti biara kuno ini dibangun Rakai Panangkaran dari Wangsa Syaleindra (Budha).
Komplek ini terletak 196 meter di atas permukaan laut dengan luas area lebih kurang 250 hektare, terbagi empat situs besar.
Bagian tengah terdiri gapura utama, alun-alun, Candi Pembakaran, kolam raksasa, sumur suci, batu berumpak, dan Paseban.
Sementara, bagian tenggara meliputi Pendopo, Balai-Balai, tiga candi, kolam, dan kompleks Keputren. Kompleks gua, stupa Budha, dan kolam terdapat di bagian timur.
Sedangkan bagian barat hanya terdiri atas perbukitan.
Ada yang khas di komplek situs ini, terutama di gapuranya.
Ada dua pintu gerbang yang terletak berdekatan atas bawah.
Gapura pertama berpintu tiga, sedangkan gapura kedua lima pintu.
Pada gapura pertama ada tulisan 'Panabwara', yang menurut prasasti Wanua Tengah III, dituliskan Rakai Panabwara, keturunan Rakai Panangkaran, yang mengambil alih komplek ini sesudah penguasa sebelumnya lengser.
Spot lain yang juga penting adalah sumur suci Amerta Mantana.
Air di sumber ini konon tak pernah kering sepanjang masa. Sebagian kalangan mempercayai air dari mata air ini bisa membawa keberuntungan bagi pemakainya.
Tiap Minggu Kliwon, sekelompok kecil warga menyajikan sesajen di sumur ini.
Sesajen terdiri makanan tradisional seperti apem, jagung bakar, tahu dan tempe bacem, buah pisang, serta llima tumpeng nasi kuning.
Gandung, seorang pegawai pengelola objek wisata Keraton Boko bercerita, tak sedikit orang dari kota-kota jauh tiap Minggu Kliwon, datang untuk berdoa dan mengambil tirta di sumur Amerta Mantana ini.
Umat Hindu pun masih mengambil air suci dari sumur ini untuk Upacara Tawur Agung, sehari sebelum Nyepi di Candi Prambanan. Meski dibangun seorang Budha, biara ini memiliki unsur-unsur khas Hindu.
Tentu ini menggambarkan toleransi antar umat agama, yang terjalin sejak berabad- abad silam.
Jika ingin eksplorasi detil tentang Keraton Ratu Boko, tentu paling afdol, Anda bersegeralah kunjungi destinasi yang satu ini.