Wisata Sumut
Pantai Indah di Nias Ini Tak Kalah dengan Bali atau Lombok, Sayang Diabaikan Pemerintah Lokal
Pantai di Kecamatan Lahewa ini hanya dikunjungi penduduk sekitar. Padahal keindahannya, layak disetarakan dengan keindahan Bali dan Lombok
Editor:
Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribun Medan, Silfa Humairah
TRIBUNNEWS.COM, NIAS - Pantai Tureloto, Nias Utara.
Nama pantai ini memang kurang familiar di telinga sejumlah wisatawan, apalagi yang belum pernah berkunjung ke Nias.
Selama ini, Pantai Tureloto yang terletak di Desa Balefadorotuho, Kecamatan Lahewa, ini hanya dikunjungi penduduk sekitar.

Wisatawan beraksi di Pantai Tureloto. (Tribun Medan/Silfa)
Padahal keindahannya, layak disetarakan dengan keindahan pantai Bali dan Lombok.
"Wisatawan lokal yang paling jauh ke sini, ya dari Gunung Sitoli. Kalau yang datang dari Medan dan wilayah sekitarnya jarang sekali. Apalagi dari luar kota. Tapi kalau turis asing sih banyak. Mereka berasal dari berbagai negara," kata Lina, penjaga dan pemilik warung Pantai Tureloto.
Lucunya, wisatawan Gunung Sitoli yang dimaksud hanya berjarak 1 jam dari Pantai Tureloto.
Jika saja terekspose dengan baik, Pantai Toreloto layak jadi destinasi unggulan saat mengunjungi Sumatera Utara.
Pantainya memiliki warna pantulan dua warna, yakni biru toska dan biru awan. Keindahannya juga terletak pada batu karang raksasa yang berbentuk bundar di bibir pantai.
Wisatawan kerap mendokumentasikan diri di batu karang tersebut.
Batunya keras dan tidak tajam, persis seperti batu raksasa yang berserakan di pinggir pantai, jika dipandang dari jauh.

Pantai ini memiliki air yang jernih. (Tribun Medan/Silfa)
Batuan karang yang terhampar itu memiliki bentuk unik, ada yang menyerupai bentuk otak manusia sehingga beberapa masyarakat sekitar menyebutnya dengan Batu Otak.
Jadi siapa pernah melihat indahnya laut Lombok dan Bali, bandingkan!
Jadi kenapa pantai ini sepi dari peminat? Hal itu layak dipertanyakan dan menjadi tugas pemerintah setempat untuk mengeksplore kekayaan alam Nias Utara yang terpendam.
Lina, pemilik warung, saat ditanya siapa yang mengelola Pantai Tureloto, ia menarik nafas panjang, dan menggelengkan kepalanya.
"Pantai ini tidak terperhatikan, tidak dikelola pemerintah setempat. Ya kami penduduk sekitar yang turun tangan," katanya.
Padahal, tambahnya, di sini wisatawan bisa mendapatkan suasana pantai layaknya di Bali dan Lombok.
Pemandangan air laut yang biru, sunset yang menakjubkan hingga batu karang dan ikan yang beraneka ragam.

Mengabadikan keindahan Pantai Tureloto. (Tribun Medan/Silfa)
"Turis mancanegara sudah menyadari itu, sehingga turis luar tidak ada henti-hentinya berkunjung, biasanya turis datang di hari biasa dan melakukan kegiatan snorking serta diving di tengah laut," katanya.
Ia menuturkan, di sana juga ada menyediakan jasa menyusuri pantai dengan sampan nelayan, bisa pula menyeberangi pulau kecil di sana yang memiliki pemandangan pepohonan rimbun, dengan biaya 10 ribu perorang.
"Biasanya wisatawan menyusuri pantai kemudian nyeberang ke pulau untuk piknik. Mereka bawa makanan sendiri atau pesan makanan di sini, dan bawa ke sana," katanya.
Katanya, karena belum terkelola dengan baik, untuk fasilitas diving atau snorking belum tersedia, biasanya turis mancanegara bawa alat sendiri.
"Tapi, untuk wisatawan lokal yang mau fasilitas ala kadar untuk melihat bawah laut, di sini ada kacamata renang, yang disewakan seikhlasnya berapa mau bayar," katanya.
Penduduk sekitar yang memiliki warung di sana memang sangat menyambut tamu, selain bebas parkir dan menggunakan kama mandi, retribusi masuknya pun tidak ada.
Wisatawan bisa sepuasnya menikmati pantai dengan tidak ada biaya.
Cukup membawa bekal dan tikar untuk piknik di bawah pepohonan dan memesan lauk seafood seperti ikan bakar.
Pantai Tureloto berhadapan langsung dengan Samudera Hindia yang terkenal mempunyai ombak besar.
Tetapi di pantai ini tidak ada yang namanya ombak besar, hal itu dikarenakan terdapatnya gugusan karang yang berada di beberapa ratus meter dari bibir pantai yang berjajar menyerupai sebuah benteng sebagai pemecah ombak.
Pemandangan pantai ini berubah pasca tsunami 2005.
Dulu pantai ini layaknya pantai yang biasa ditemui, ada pasir pantai yang melimpah di garis bibir pantai.
Namun sekarang wajah pantai ini berubah menjadi hamparan batuan karang.
Waktu yang tepat berkunjung di pantai ini adalah siang hari, karena keindahan warna perpaduan warna biru laut yang biru dan pasir putih halus yang berkilauan menjadi perpaduan indah mempesona mata.
Uniknya lagi, Pantai Tureloto ini terkenal dengan memiliki kandungan garam yang tinggi sehingga cukup membuat badan manusia terapung, seperti halnya fenomena Laut Mati yang ada di negara Yordania.
Pantai ini berjarak sekitar 60 km dari pusat kota Gunung Sitoli atau 80 km dari Bandara Bhinaka.
Untuk menuju pantai ini Anda dapat menempuh perjalanan dari Kota Gunung Sitoli atau dari Bandara Binaka Nias dengan menggunakan kendaraan mobil carteran yang ada di bandara.
Jarak tempuhnya sekitar dua jam dari pusat kota dan bandara.
Di bandara sudah tersedia mobil carteran dengan biaya Rp 600 ribu untuk keliling objek wisata Nias seharian.
Harga ini sudah termasuk bensin dan supir, atau mobil lepas kunci Rp 300 ribu.
Bagi wisatawan dari Medan, juga kini lebih mudah karena sudah jalur udara yang terbang dua kali mengantarkan penumpang ke Nias.
Atau dari jalur laut melalui Sibolga yang memakan waktu sekitar 8 jam menggunakan kapal nelayan atau 4 jam menggunakan boat dengan biaya sekitar 150 ribu perorang dan bus dari Medan ke Sibolga sekitar Rp 120 ribu.
Di sana tidak angkutan umum yang melewati objek wisata, jadi wisatawan disarankan berangkat rombongan untuk biaya murah mencarter mobil.
Beberapa fasilitas di pantai ini sudah terbilang lengkap, terdapat beberapa toilet dan tempat makan yang menyajikan aneka makanan laut dengan bumbu khas Nias.
Namun belum ada penginapan di daerah sekitar pantai, penginapan bisa diperoleh di kota terdekat seperti gunung Sitoli.