Wisata Sumut
Kalau di Satu Tempat Ada Pemandian Air Panas Sekaligus Juga ada yang Dingin, Cuma di Sini
Kalau di satu lokasi wisata ada pemandian air panas sekaligus ada yang dingin, cuma di Pemandian Glugur.
Editor:
Agung Budi Santoso
Laporan Wartawan Tribun MedanSilfa Humairah
TRIBUNNEWS.COM - Batu-batu besar disusun untuk memisahkan aliran Air Panas Glugur dan aliran sungai Glugur.
Objek wisata Air Panas Glugur dan Sungai Glugur yang berada di Desa Glugur, Langkat ini berada berdampingan, sehingga memanjakan wisatawan untuk mandi air panas sekaligus juga bisa mandi air dingin.
Atau bagi wisatawan yang tidak suka aliran air yang terlalu panas atau aliran air sungai yang terlalu dingin bisa berada di area pertengahan, sehingga dapat merasakan air hangat.
Yap, aliran air panas berada paling pojokan dan pengunjung yang datang untuk mandi air panas, biasanya tampak paling pinggir, sambil mandi menggunakan batu liat, terlihat sibuk mengoleskan batu liat yang dihaluskan ke wajah dan ke tubuh.

Wisatawan sedang berendam di Pemandian Air Panas Glugur di Taman Nasional Gunung Leuser.
Di sana, banyak batu liat atau batu sungai yang belum keras kerap digunakan sebagai pembersih wajah fan tubuh.
Penduduk menyakini batu liat bisa mencegah jerawat dan memutihkan. Sehingga wisatawan yang datang kerap diberi informasi tersebut untuk memakainya saat berendam air panas.
Hendra, pemandu, menuturkan keunikan objek wisata di kawasan Air Panas Glugur ini adalah aliran air panas yang berdampingan dengan sungai, sehingga wisatawan yang sudah lemas lama berendam bisa pindah ke aliran yang dingin.
Dan sebaliknya, wisatawan yang sudah kedinginan berendam di aliran air dingin bisa pindah ke aliran air panas.
"Aliran air panasnya langsung keluar dari beberapa sumber air panas yang berada di atas tebing dan mengalir ke bawah aliran sungai. Kami buat pembatas biar wisatawan bisa menikmati kedua aliran. Kalau tidak ada pembatas, airnya semua berasa dingin karena area aliran sungai yang besar," katanya.
Untuk menjangkaunya pun terbilang dekat, wisatawan hanya cukup turun ke bawah, kalau masuk dari pondok penerimaan tamu. Untuk turun sudah ada tangga buatan dari batu kecil yang disusun agar tidak licin.
"Begitu sampai di gerbang masuk, tinggal turun dan sudah langsung nampak aliran sungainya, hanya memakan waktu 5 menitlah, tidak seperti objek wisata air terjun yang untuk menjangkaunya harus tracking dan memakan waktu hingga setengah dan sejaman lebih," katanya.
Pemandangan di sekitar juga berbeda dengan sungai lainnya, karena akan banyak menemukan kerangka pohon-pohon besar.
Pohon-pohon tua yang tumbang dimanfaatkan untuk hiasan serta tempat duduk wisatawan saat berada di pinggir pantai.
Untuk menuju ke sana wisatawan bisa mengendarai sepeda motor dan mobil. Sepanjang perjalanan akan banyak melihat pemandangan asri seperti bibit sawit terbentang luas dan bukit-bukit tinggi yang memiliki aneka macam jenis pepohonan.