Rabu, 17 September 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Negara Macam Apa Ini ?

Dalam mencalonkan diri sebagai presiden, Menteri saja harus mundur dari jabatannya. Tetapi Gubernur tidak harus mundur, bisa cuti.

TRIBUNNEWS.COM/THERESIA FELISIANI
Istana negara 

Hal ini terlihat jelas dalam bentuk pelaksanaan hukum di lapangan. Jepang sangat terkenal dengan keadilan yang sangat rata bagi semua orang, bagi semua warga negara. Bahkan tidak ada hakim pengadilannya yang masih aktif melakukan tindakan kejahatan atau kriminal. Termasuk tak ada satu pun yang pernah terkait kasus korupsi. Tetapi yang telah pensiun, memang pernah ada hakim yang tersandung kasus kejahatan.

Mulai tukang terendah di masyarakat, sampai kepala negara, semua pasti terkena hukum bahkan masuk penjara, bagi yang terbukti bersalah di pengadilan. Contohnya sudah banyak , tak perlu dipaparkan di sini.

Artinya apa uraian di atas itu? Inilah pilar fondasi keempat yaitu Pelaksanaan Hukum yang sesuai dengan aturan yang ada dan berkelanjutan, terkoordinasi baik, serta terkontrol baik oleh semua pihak.

Jadi aturan yang dikeluarkan, semua dijalankan atau dilaksanakan dengan baik, tak ada pengecualian bagi siapa pun, di mana pun maupun pada situasi dan waktu apa pun juga. Semua aparat yang berwenang pun menjalankan fungsinya dengan baik, sesuai aturan dan standar aturan operasi yang sudah ditentukan bersama.

Semua pilar fondasi tersebut dijalankan oleh setiap warga negara Jepang dengan baik. Yang tidak menjalankan dipastikan akan mental sendiri, popularitas jauh menurun dan dalam pemilu pasti jumlah pendukung, jumlah suara akan menurun sangat drastis, berakibat dia tak akan bisa duduk di dalam parlemen.

Artinya, alam masyarakat yang sudah terbentuk system dan aturan tata laksana serta etika masyarakat yang sudah established ini, sulit untuk berubah/mengubah atau diubah, karena semua dijalankan dengan empat pilar fondasi yang sama tersebut. Keanehan atau keganjilan yang muncul sudah otomatis terlihat dan otomatis secara alamiah akan menjatuhkan si pelaku yang tidak benar itu.

Hal ini juga berlaku bagi dunia pers Jepang yang berfungsi sebagai kontrol sosial masyarakat, menyuarakan aktif sebagian besar hati nurani masyarakat pula. Melalui pers pula banyak anggota masyarakat terdidik dan menjadi terbuka matanya, menjadi sadar bahwa dia ternyata telah ditipu atau tidak oleh seorang politisi yang selama ini dipujanya mungkin.

Pers Jepang

Memang benar pers Jepang memberikan pendidikan sangat berarti basgi masyarakatnya, berdiri di tengah-tengah masyarakat. Tetapi ingat, ada pula pers yang secara sadar, nyata atau tidak nyata sebagai kepanjangan tangan partai politik tertentu. Apalagi Koran Akahata yang jelas-jelas Koran Partai Komunis maka hanya akan berbicara mengenai Komunis di Jepang.

Koran yang “tidak jelas” atau “diduga” sebagai kepanjangan partai politik tertentu biasanya akan ditinggalkan masyarakat karena masyarakat Jepang umumnya menginginkan Koran berada di tengah, sebagai pilar kelima yang menjaga obyektivitas kehidupan dan perpolitikan di Jepang. Sedangkan pelanggan Koran yang jelas mengacu kepada partai politik tertentu, sudah dapat dipastikan hanya dibeli oleh orang yang mendukung penuh (fanatik kepada) partai tersebut.

Dari uraian di atas jelas, sebenarnya pengaruh pers Jepang sangat penting sekali, benar-benar berada di pilar kelima masyarakat Jepang, berusaha berada di tengah-tengah, tidak pro atau kontra kanan atau kiri.

Fungsinya penuh sebagai upaya mendidik rakyat di segala bidang berjalan dengan baik. Bagi masyarakat pun ikut pula mengontrol pers tersebut. Olehkarena itu Koran atau pers yang ketahunan pro atau anti parpol tertentu bisanya otomatis dijauhkan warga masyarakat karena tahu Koran tersebut “dianggap” tidak professional, hanya menulis dengan warga politik yang disukainya sendiri. Padahal masyarakat Jepang umumnya ingin pers berada di tengah-tengah secara professional.

Akibat semua pelaku masyarakat telah berjalan baik, termasuk persnya yang memang sangat professional umumnya, semua demi kepentingan banyak orang, maka sistem kontrol di masyarakat telah berjalan dengan baik. Masyarakat bisa dengan mudah mengetahui politisi mana yang benar pantas menjabat posisi tertentu atau tidak.

Satu karakteristik menarik pula di Jepang adalah pola pikir Heiwa atau Damai. Semua ingin damai dan sejuk di mana pun dan kapan pun. Seorang politisi yang kelihatan berapi-api memang boleh. Tetapi sedikit saja menyinggung kestabilan rasa damai di masyarakat, bersiaplah untuk berkurang massa pendukungnya.

Apa pola pikir Damai tersebut? Jangan menjelekkan orang lain. Itulah kuncinya. Dengan menjelekkan orang lain, masyarakat telah sadar, justru itulah yang akan menjadi boomerang, menghantam diri sendiri, titik awal kejatuhan sang politisi. Popularitas pun akan segera turun. Olehkarena itu politisi di Jepang umumnya agresif dalam menjabarkan program dan pola kerjanya serta manfaat bagi masyarakat apabila dia terpilih. Bukan dengan membandingkan apalagi menjelekkan orang lain.

Halaman
123

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan