Selasa, 9 September 2025

Para Ulama Tolak penanyangan Sinetron

Para ulama di Arab Saudi menolak penayanagan sinetron poliandri di televsi setempat. Mereka menilai sinetro itu telah menyingggung perasaan para pria.

Editor: OMDSMY Novemy Leo
zoom-inlihat foto Para Ulama Tolak penanyangan Sinetron
ist
Ilustrasi Poliandri
TRIBUNNEWS.COM, ARAB --- Para ulama di Arab Saudi menolak penayanagan sinetron poliandri yang ditayangkan televsi setempat. Mereka menilai sinetron itu telah menyingggung perasaan para pria.

Drama sindiran yang membalikkan hukum, diperbolehkannya poligami menjadi diperbolehkannya poliandri tersebut langsung menuai protes dari para ulama Arab.

Tayangan berjudul Tash ma Tash, yang berarti 'permainan koin' kepala atau ekor," ini, disiarkan di stasiun TV MBC setiap bulan Ramadan.

Episode kali ini menayangkan kisah seorang wanita muslim yang menikahi empat orang lelaki. Si wanita  juga ingin menceraikan salah satunya karena ingin menikahi lelaki lain.

Tayangan itu langsung saja membuat panas para ulama Arab Saudi yang terkenal konservatif. Mereka meminta pemerintah menahan produser tayangan itu.

"Saya memohon kepada Penjaga Dua Mesjid Suci (Raja Abdullah) untuk membawa produser dan stasiun televisi yang menayangkan acara ini ke pengadilan," kata Syekh Saad al-Buraik, pada stasiun tv Daleel, beberapa jam setelah episode itu disiarkan, Jumat 27 Agustus 2010.

Larangan dan pemanggilan pengadilan acapkali diterima produser tayangan kontroversial itu. Disiarkan berkala setiap tahun pada bulan Ramadan di MBC, Tash ma Tash telah melalui 16 musim penayangan dengan cerita yang berbeda.

Tahun ini, mereka menyindir hukum poligami, yang memperbolehkan pria  menikahi sampai empat istri yang diberlakukan oleh Agama Islam dan Kristen.

"Kami ingin menyajikan pencitraan terbalik untuk mengungkapkan ketidakadilan dan penderitaan dari wanita yang suaminya menikah lebih satu istri," ujar salah satu aktornya, Abdullah al-Sadhan kepada koran lokal Okaz.

Salah satu pemuka Islam Saudi, Syekh Buraik, tidak sependapat dengan tayangan itu. Menurut dia, ide poliandri dan naskah yang ditayangkan pada tayangan itu menjijikkan.

"Tayangan itu menggunakan komedi untuk mengejek para ulama dan agama. Itu menjijikkan," kata Buraik.

Namun, tidak demikian dengan para pemuda Saudi. Mereka menanggapi sindiran pada tayangan itu dengan lebih terbuka dan lebih toleran.

"Tayangan ini sangat bagus dan mengirimkan pesan kepada mereka yang menikah lebih dari satu istri tanpa alasan yang jelas. Mereka menyampaikannya dengan komedi yang menunjukkan penghargaan terhadap perasaan perempuan," ujar mahasiswa usia 22 tahun, Mohammad Hussein.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan