Kamis, 30 Oktober 2025

12 April, Ada Kejadian Apa di Yogyakarta?

Rangkaian acara dilanjutkan dengan peringatan Hadeging Nagari Keraton Ngayogyokarta Hadiningrat yang ke-256.

Editor: Gusti Sawabi
zoom-inlihat foto 12 April, Ada Kejadian Apa di Yogyakarta?
TRIBUN JOGJA/HASAN SAKRI GHOZALI
Iring iringan kirab kereta kuda dari Keraton Yogyakarta melintas di depan Gedung Agung, Kota Yogyakarta, DI Yogyakarta, Jumat (14/10/2011). Dalam gladi kirab kereta kuda untuk pengantin dari putri Sultan Hamengku Buwono X tersebut diikuti oleh prajurit keraton dan sejumlah kereta kuda, namun tidak menggunakan kereta Kiai Jong Wiyat peninggalan Hamengku Buwono VII yang akan digunkan oleh kedua mempelai menuju Bangsal Kepatihan pada hari H. (TRIBUN JOGJA/HASAN SAKRI GHOZALI)

TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA -Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dalam rangka mengenang satu abad Hamengku Buwono IX, akan menyelenggarakan "Seabad Tinggalan Dalam Sri Sultan Hamengku Buwono IX," yang akan dimulai Kamis (12/4/2012).

Rangkaian acara dilanjutkan dengan peringatan Hadeging Nagari Keraton Ngayogyokarta Hadiningrat (peringatan berdirinya keraton Yogyakarta) yang ke-256.

Ketua Panitia Pahargyan Pengetan I Abad Hamengku Bowono IX, GBPH Joyokusumo mengatakan, rangkaian kegiatan yakni ziarah ke makan Sri Sultan HB IX di Komplek makan raja-raja Mataram, Imogiri dan peringatan I Abad HB IX di Pegelaran Keraton Yogyakarta.

Acara kembali digelar Sabtu (14/4/2012) dengan rangkaian konser musik VOTE (Voice of The East) dan Sabtu (21/4/2012) kirab budaya Mubeng Beteng menyambut 1 Abad HB IX sekaligus perayaan Hadeging Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat ke-256.

"Kegiatan ini dalam rangka untuk mengenang, menghormati sekaligus menggali nilai-nilai keteladanan HB IX," ujar Joyokusumo, Minggu (1/4/2012).

Sementara, anggota trah Diponegoro, Roni Sodewo, mengatakan, Keraton, Pura Pakualam dan seluruh Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta gelisah dengan gonjang-ganting oleh status Keistimewaan yang tak kunjung selesai.

"Kami sangat berharap, semoga kondisi ini bukanlah pengulangan kejadian 187 tahun silam. Kami keluarga besar keturunan Pangeran Diponegoro dan trah laskar Diponegoro akan selalu berdiri menjadi benteng terhadap siapapun dan apapun yang akan mengoyak tata nilai adat dan budaya, nilai tata krama, nilai sejarah, kesakralan, tata pemerintahan yang telah aman dan nyaman dalam rumah tangga Negara Kesatuan Republik Indonesia," ujar Roni.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved