Syahganda: Kesadaran Kolektif Dapat Selamatkan Bangsa
Ketua Dewan Direktur Sabang-Merauke Circle Syahganda Nainggolan, mengatakan persoalan kebangsaan
Penulis:
Y Gustaman
Editor:
Anwar Sadat Guna
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yogi Gustaman
TRIBUNNEWS.COM, TRIBUN - Ketua Dewan Direktur Sabang-Merauke Circle Syahganda Nainggolan, mengatakan persoalan kebangsaan yang kini berkembang luas dengan segala tingkat ‘kekacauannya’ dirasakan semakin memprihatinkan.
Hal itu terjadi dalam tatanan kemasyarakatan maupun tata kelola kenegaraan.
Menurut Syahganda, persoalan itu bila tak diatasi secara kolektif ditakutkan akan mengarah pada penghancuran sendi berbangsa ataupun bernegara.
“Tidak tertutup kemungkinan membuat buram sejarah bangsa yang dapat merugikan generasi berikut,” jelas Syahganda di Jakarta dalam rilisnya, Senin (7/5/2012).
Syahganda menilai, kewibawaan penyelenggara negara dalam membangun tertib sosial, penegakkan hukum, martabat politik, terkait upaya memajukan perekonomian rakyat justru menunjukkan kerapuhan sejak di tingkat pemerintah pusat hingga daerah.
Fenomena itu, Syahganda melanjutkan, harus dihentikan dengan mengedepankan kesadaran dan tindakan kolektif, khususnya di kalangan pemimpin bangsa, untuk mengupayakan jalan keluar sekaligus menuntaskannya.
“Inilah ujian terberat yang harus dipikul oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta para pemuka bangsa lainnya, yang dituntut bertindak secara cepat dan tegas demi menyelamatkan kehormatan bangsa serta negara,” ujarnya.
Syahganda juga mengharapkan Presiden SBY tampil dengan cekatan agar tidak selalu terkesan ragu-ragu dalam membuat langkah-langkah yang diperlukan.
Sikap tanggap dan langkah yang membumi dari Presiden SBY, lanjut Syahganda, akan membuatnya terhormat setelah mengakhiri tugas memimpin pemerintahan atau negara.
Ia mengusulkan, Presiden SBY selayaknya pula melibatkan para pemuka nasional guna menghasilkan percepatan langkah pemulihan kondisi sosial bangsa ke arah yang didambakan.
Pasalnya saat ini keadaan bangsa boleh dikatakan sedang menjerit karena terus berlangsungnya kekisruhan yang tergolong akut.
"Fenomena kebencian di antara anak bangsa, untuk kemudian diwujudkan dalam bentuk saling mengusir atau menyerang, termasuk bentuk-bentuk pembakaran kantor pemerintahan,” katanya sambil meminta agar SBY tak perlu lagi mendiamkan kondisi, selain bertindak langsung untuk menjaga kehormatannya sendiri di depan rakyat.