Sabtu, 13 September 2025

Pesawat Sukhoi Jatuh

Biasanya Tiba di Puncak Gembira, Kali ini Saya Sedih

Sembilan jam berjalan, tak ada satu orang pun dari tim ini yang berhasil tiba di lokasi kejadian.

Penulis: Prawira
Editor: Rachmat Hidayat
zoom-inlihat foto Biasanya Tiba di Puncak Gembira, Kali ini Saya Sedih
TRIBUNNEWS.COM/PRAWIRA MAULANA
Ridwan, salah seorang anggota Mapala UI. Bersama dua rekannya, yang pertama kali menemukan lokasis jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat

TRIBUNNEWS.COM, BOGOR--Sekitar pukul 06.00 WIB, empat jam sebelum tiga anggota Mapala UI sampai di lokasi jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100, 300 lebih personel Tim SAR Gabungan dikerahkan dari jalur Kampung Pasir Pogoh, Kecamatan Cijeruk. Tribunnews.com ikut dalam rombongan ini.

Sembilan jam berjalan, tak ada satu orang pun dari tim ini yang berhasil tiba di lokasi kejadian. Jalur ini menurut beberapa anggota pencinta alam yang biasa menyusuri Gunung Salak keliru.

"Lokasi kejadian dekat Puncak 1, kenapa kita harus lewat puncak 4. Ini keliru, masa kita harus menuruni tebing," kata Nico, anggota komunitas pencinta alam asal Cianjur.

Nico memutuskan kembali ke pos setelah berjalan lima jam, saat tiba di Puncak Salak 4. Sebagai gambaran, Gunung Salak terbagi atas beberapa puncak. Puncak tertinggi adalah Puncak 1. Antara puncak 1 dan puncak empat dibatasi tebing curam berdasar sungai.

Perintah dari pos komando Tim SAR gabungan ngotot memutuskan tim dari jalur ini tak boleh kembali. Medan harus ditembus untuk mencapai titik lokasi. Sebelum perintah datang, puluhan personel anggota Marinir yang ikut tergabung dari jalur ini sudah lebih dulu memutuskan "balik kanan" untuk mencoba jalur lain.

Berita keberhasilan tiga Mapala UI dan kemudian anggota Marinir yang menemukan lokasi jatuhnya pesawat, terdengar juga oleh pos Komando di Kampung Pasir Pogoh. Namun pos komando tetap bergeming. Berbeda dengan keputusan yang diambil pasukan Marinir.

Beberapa saat setelah Ridwan cs, (tiga Mapala UI) tiba, anggota Marinir pun sampai. Pasukan Marinir yang membawa tali langsung melakukan proses evakuasi. Proses evakuasi dan pencarian tubuh korban harus dilakukan dengan bantuan tali.

Puing-puing kecelakaan itu berserakan di sekitar tebing. Pada proses evakuasi pertama di hari Jumat itu, selama dua jam lebih tim ini berhasil mengumpulkan tubuh para korban yang dimuat di empat kantong jenazah. Tim ini juga bisa mendapatkan beberapa barang-barang yang milik para korban.

Perasaan yang didapat dari menaklukkan Gunung Salak kali ini menurut Ridwan berbeda dengan apa yang dirasakannya saat menaklukkan gunung-gunung lainnya. "Biasanya kalau tiba di puncak kita gembira, tapi kali ini saya sedih," ungkap Ridwan, salah seorang anggota Mapala UI.

Ridwan sedih pada apa yang dilihatnya di tempat kejadian. "Puing-puing berserakan di sekitar tebing dan potongan tubuh manusia tersangkut di pohon-pohon," katanya.

Ridwan mengaku saat tiba sama sekali tak melihat ada tanda-tanda kehidupan. Kondisi tubuh korban yang ditemukan pun mengenaskan. "Rambut yang terpisah dari tubuh tersangkut di pohon, ada wajah manusia tapi tulang tengkoraknya sudah remuk," kata Ridwan sambil menutupi mulutnya dengan tangan.

Proses evakuasi awal itu berlangsung sekitar dua jam. Pukul 13.00, Ridwan memutuskan turun. Menurut Ridwan, perintah dari Mapala UI untuk dirinya dan dua rekannya cuma sebatas mencapai titik lokasi, membuka jalur. "Dari Mapala UI ada rekan saya yang lain bertugas untuk evakuasi," katanya.

Update berita: Pesawat Sukhoi Jatuh

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan