Refleksi 6 Tahun Gempa Bumi 27 Mei Yogyakarta
Enam tahun yang lalu, tepatnya Sabtu 27 Mei 2006 pukul 05.33 Wib, masyarakat Yogyakarta dan Jawa Tengah dikejutkan gempa bumi dahsyat
Penulis:
Yulis Sulistyawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Enam tahun yang lalu, tepatnya Sabtu 27 Mei 2006 pukul 05.33 Wib, masyarakat Yogyakarta dan Jawa Tengah dikejutkan gempa bumi dahsyat. Bergeraknya Sesar Opak menimbulkan gempa 5,9 SR selama 52 detik dengan pusat gempa di kedalaman kurang 10 km. Dampaknya 5.716 orang meninggal dunia, 37.927 orang luka, lebih dari 206 ribu rumah rusak ringan hingga berat di 10 kabupaten dan kota yang terdampak. Total kerusakan dan kerugian mencapai lebih 29 triliun Rupiah.
Memperingati kejadian bencana tersebut BPBD Bantul dan masyarakat mengadakan beberapa acara, seperti seminar, doa bersama, gelar kesiapsiagaan, penanaman cemara di pantai, peningkatan kapasitas dan sebagainya. Kejadian gempa bumi di Yogyakarta telah memberikan pembelajaran bagi pemerintah, pemda, dan masyarakat akan arti pentingnya bahaya bencana. Sumber gempa bumi bukan hanya dari Sesar Opak di daratan tetapi juga di subduksi selatan Jawa.
Rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa di Yogyakarta dinilai berhasil. Bahkan telah menjadi model penanganan bencana di daerah lain. Beberapa negara di Asia Pasifik pun banyak yang belajar dari sukses penanganan gempa bumi 2006 di Yogyakarta. Bayangkan rumah rusak berat hanya memperoleh bantuan pemerintah Rp 15 juta dan tenaga teknis pendamping.
Ternyata itu bisa diwujudkan menjadi rumah yang lebih tahan gempa. Bantuan hanya sebagai stimulan bagi masyarakat. Kunci keberhasilan tersebut adalah adanya kapasitas sosial di masyarakat. Gotong royong dan keguyuban terlihat baik dari pemerintah dan masyarakat luas. Nilai-nilai sosial, saling kepercayaan antara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha serta unsur kapasitas sosial lainnya menyebabkan penanganan pasca bencana berjalan dengan baik. Selain itu penanganan dilakukan dengan pendekatan berbasis masyarakat dengan memperhatikan kearifan lokal.
Syamsul Maarif, Kepala BNPB saat menghadiri acara refleksi 6 tahun gempa bumi Yogyakarta menyampaikan kepada seluruh komponen masyarakat pentingnya mewujudkan ketangguhan masyarakat menghadapi bencana. Untuk mencapai masyarakat tangguh ada 4 hal yang harus ditingkatkan kemampuannya, yaitu kemampuan mengantisipasi setiap bahaya, kemampuan untuk melawan atau menghindari, beradaptasi dengan risiko bencana, dan melenting balik atau pulih kembali dengan cepat.
"Gempa bumi 2006 ternyata tidak membuat masyarakat Yogyakarta terpuruk. Justru bencana tersebut memberikan hikmah untuk bangkit atas kemampuan dan kemauan masyarakat. Setiap kejadian bencana menjadikan pelajaran untuk membangun kehidupan yang lebih baik. Ini sesuai prinsip rehabilitasi dan rekonstruksi yaitu Building Back Better. Artinya membangun kembali dengan lebih baik. Semoga bangsa dan masyarakat Indonesia lebih tangguh menghadapi bencana," kata Syamsul dalam siaran pers yang diterima Tribunnews.com, Sabtu(26/5/2012).