Kemarau Datang Sumur Warga Mulai Mengering

TRIBUNNEWS.COM, JAMBI - Musim kemarau di Jambi diprediksi terjadi hingga Oktober mendatang. Menurut perkiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sultan Thaha Jambi, puncak kemarau terjadi bulan ini.

"Puncak kemarau di Jambi terjadi pada Juli ini, di mana curah hujan atau rainfall di wilayah Jambi sangat sedikit," kata Gumilang Deranadyan, prakirawan BMKG, Senin (2/7/2012) siang.

Meski memiliki curah hujan yang sangat minim, bukan berarti potensi hujan sama sekali tidak terjadi. Gumilang menjelaskan, arah angin berada pada posisi timur hingga selatan, umumnya cukup tinggi, dengan kecepatan 10-12 knot atau 20-25 kilometer per jam untuk kecepatan angin maksimum.

Sehingga, di Jambi masih memungkinkan terjadi hujan ringan untuk wilayah pantai timur Jambi. Sedangkan untuk wilayah provinsi bagian barat dan tengah umumnya cerah berawan.

Berdasarkan data terakhir pada 1 Juli 2012, dengan data modis satelit Aspotera, di wilayah Sumatera terdapat delapan titik panas, (hot spot) yakni di wilayah Aceh, Pekanbaru, dan Jambi.

"Di Jambi terdapat dua titik panas, yakni di Tanjabbar dan Muara Jambi," imbuh Gumilang.

Selain minimnya curah hujan, di Jambi, musim kemarau biasanya juga ditandai oleh mengeringnya air sumur warga.

Alan, warga kawasan Kebun Handil, Kota Jambi mengatakan, jika kondisi seperti ini masih terus berlanjut dan hujan tak turun juga, sumur di rumahnya bakal mengering.

"Biasanya setiap tahun kalau kemarau sumur saya selalu kering. Antisipasinya menggunakan air PDAM," katanya beberapa waktu lalu.

Kepala BMKG Kerinci Jon Haides menjelaskan, pihaknya sudah memasang 15 alat pemantau curah hujan, yang dipasang di setiap Balai Penyuluh Pertanian (BPP) di kecamatan. Dua unit di antaranya dipasang di Kota Sungaipenuh. (*)

BACA JUGA

• Kantor DPRD Minut Diserang Penagih Utang
• Ketua RT Tewas dengan Kepala Terpisah dari Badan 
• Bangunan Pemerintah Jadi Tempat Mangkal PSK dan Waria
• Remaja Sodomi Bocah Bermodalkan Rp 5.000