Selasa, 26 Agustus 2025

Briptu Didik Dibunuh karena Menagih Utang Rp 125 Juta

Perkenalan Rahmad bin Mansyur, otak pembunuhan Briptu Didik Santoso dengan empat tenaga kerja Indonesia (TKI) yang ikut mengeksekusi

Editor: Dewi Agustina
zoom-inlihat foto Briptu Didik Dibunuh karena Menagih Utang Rp 125 Juta
Tribun Kaltim/Niko Ruru
Terdakwa Ferdi Pohomaga Kedungura dan Andreas Tago Alias Andi anak dari Ande, Rabu (1/8/2012) mendengarkan dakwaan jaksa penuntut umum.

Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Niko Ruru

TRIBUNNEWS.COM, NUNUKAN - Perkenalan Rahmad bin Mansyur, otak pembunuhan Briptu Didik Santoso dengan empat tenaga kerja Indonesia (TKI) yang ikut mengeksekusi korban ternyata berawal dari ajakan bekerja mengangkat beras.

Pada persidangan dengan agenda pembacaan dakwaan, Jaksa Penuntut Umum Kejari Nunukan Sutriono dan Oki Permana mengungkapkan, pembunuhan Didik bermula dari rasa sakit hati Rahmad terhadap Didik Santoso. Sejak Selasa (8/5/2012) pagi pukul 10.00, terdakwa mendapatkan telepon dari Didik yang menagih hutang Rp 125 juta. Uang itu sebelumnya  dipergunakan terdakwa dalam hal bisnis sembako. Saat Didik menagih, terdakwa sedang tidak punya uang. Didik terus mendesak sehingga Rahmad merencanakan pembunuhan.

Setelah ada rencana membunuh korban, terdakwa menggunakan toyota Avanza silver KT 1754 S mencari orang untuk mempermudah pembunuhan dengan cara mencari orang yang tidak dikenal korban. Sekitar pukul 11.00 terdakwa mendatangi penampungan TKI PT Aula Graha di Jalan Lapangan Porsas. Di sana ia bertemu Ferdi Pohomaga Kedungura. Ferdi lalu memanggil Andreas Tago alias Andi anak dari Ande dan Albertus alias Jemmy Martinus Malik.

Terdakwa mengatakan, "Kalian mau bekerja kah?” dijawab Ferdi “Kerja apa bos?” “Angkat beras, angkat tepung. Tapi naiklah kalian di dalam mobil kita cerita," ujar Rahmad.

Ketiganya lalu naik mobil. Mereka keliling dan singgah pasar malam untuk makan. Saat itu terdakwa memberikan uang Rp 50 ribu untuk makan. Lalu Rahmad meninggalkan ketiganya, ia pergi membeli bensin.

Setelah membeli bensin, terdakwa kembali ke warung di pasar malam untuk menjemput Ferdi dan Andreas serta Albertus. Merekapun naik mobil. Saat itu Ferdi lalu bertanya, berasnya di mana bos? "Hari ini saya belum ada beras mungkin besok. Tapi kalau kalian butuh uang hari ini saya ada kerjaan. Saya didesak orang untuk membayar hutang Rp 100 juta lebih, kalian bantu aku kah?” tanya Rahmad.

Saat ditanya Ferdi, apa yang bisa dibantu, Rahmad mengatakan, "Kita bunuh saja orang itu karena mendesak sekali dia menagih uangnya. Ferdi lalu mengatakan, ia berdua (dan Andreas) tidak bisa melakukan. Karena itu ia menyarankan agar mengajak temannya lagi. Ia jugame nyarankan, saat mengajak teman yang lain sebaiknya Rahmad memberikan alasan jika istrinya diganggu.

Saat itu terdakwa menawari Ferdi 1.000 Ringgit Malaysia namun tidak diiyakan Ferdi. Selanjutnya Rahmad menaikkan tawaran menjadi RM5.000 atau sekitar Rp1 5 juta, namun Ferdi juga tetap terdiam.

"Tengoklah nanti malam," kata Ferdi. Mendengar penjelasan itu, Albertus secara spontan menjawab “Kalau bunuh orang saya tidak mau, saya takut,” ujarnya. Mendengar itu, Ferdi menyarankan Albertus ikut karena akan mendapatkan uang. "Saya tidak mau saya tidak berani,”  jawab Albertus seraya disambut sikap diam Andreas.

Sekitar pukul 13.00, terdakwa mengantarkan ketiganya pulang di penampungan PJTKI. Dalam perjalanan pulang, terdakwa memberikan nomor hadphone kepada Ferdi dan mengatakan malam sehabis maghrib akan datang lagi.

Sekitar pukul 18.00, Sulaiman Alias Nunuk Elbero anak dari Elbero yang duduk di penampungan didatangi Gerson, Ferdi dan Andreas. Lalu Sulaiman diminta Ferdi untuk membeli rokok lalu kembali lagi ke penampungan.

Sekitar pukul 19.00, Ferdi dan Andreas menjemput Sulaiman lalu Ferdi mengatakan "Man ayo jalan di pasar malam,” Sulaiman mengiyakan.

Sekitar pukul 20.00, terdakwa datang dengan mobil yang sama untuk menjemput Ferdi dan Andreas untuk membunuh Didik. Saksi Ferdi mengajak Sulaiman masuk mobil bersama Andreas.

Setelah dimobil, terdakwa meminta Ferdi mengajak lagi temannya. Andreas lalu turun dari mobil lalu mengajak Gerson dengan membujuk, “Mari kita mengangkat beras.”

Baca Juga:

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan