Rabu, 20 Agustus 2025

Lebaran 2012

Mengemis, Pekerjaan yang Enak

Dari pengakuan Sri terungkap mengapa ia rela berpanas-panas menjadi pengemis, karena uang yang dihasilkan relatif banyak dan begitu mudah

Editor: Gusti Sawabi
zoom-inlihat foto Mengemis, Pekerjaan yang Enak
/Tribun Medan/Dedy Sinuhaji
Sejumlah pengemis mengais rezeki dengan meminta minta kepada masyarakat usai melaksanakan sholat jumat di Masjid Raya Al Mashun Medan, Jumat (5/8/2011). Dibulan Suci Ramadhan, pengemis musiman di Kota Medan semakin ramai. Mereka memanfaatkan momentum ramadhan untuk mengais rezeki dengan cara meminta minta. (Tribun Medan/Dedy Sinuhaji)

TRIBUNNEWS.COM, BANTUL - Dinas Sosial Kabupaten Bantul bekerjasama dengan Pol PP Bantul dan Provinsi DIY serta Bimas Polres Bantul, mengadakan razia di sepanjang Jalan Ringroad Selatan, Senin (13/8/2012).

Salah satu pengemis yang terjaring razia adalah Sri Suyanti (44), sesuai KTP ia tercatat sebagai warga Sumberkidul Kalitirto, Berbah Sleman. Ia terjaring bersama anaknya Hani (4) saat sedang berteduh di emperan toko usai mengemis di perempatan Kotagede Jalan Ringroad Selatan.

Awalnya ia berdalih hanya jalan-jalan bersama anaknya, namun setelah petugas Sat Pol PP mendesak agar ia ikut, ia pun akhirnya menuruti dan bersedia naik ke dalam bus yang telah disiapkan.

Sri mengaku sudah dua kali ini terkena razia dan tak membuatnya jera. " Ya bagaimana lagi, yang bisa saya lakukan ya sementara begini. Suami saya sudah nggak ngurus keluarga lagi," ujarnya pada Tribun Jogja usai didata oleh Dinsos Bantul, Senin (13/8/2012).

Dari pengakuan Sri terungkap mengapa ia rela berpanas-panas menjadi pengemis, karena uang yang dihasilkan relatif banyak dan begitu mudah tanpa modal sama sekali.

"Sehari dapat Rp 30-50 ribu, ngemis dari jam 8 pagi sampai jam 1 siang. Kalau pas mau lebaran seperti ini biasanya dapat banyak. Tahun lalu saya dapat Rp 250 ribu dalam sehari," ungkapnya.

Lanjutnya, ia terpaksa memanfaatkan anaknya Hani yang umurnya baru empat tahun tersebut dengan dalih sebagai modal meminta belas kasihan.

"Dulu awalnya saya sendiri ngga bawa anak, tapi dapatnya sehari cuman Rp 12 ribu. Nah saya terpaksa ajak anak dengan digendong, supaya orang kasihan, dan memang berhasil," katanya.

Sri sama sekali tidak menggubris omongan tetangga yang melihatnya berprofesi sebagai pengemis. "Memang dulu awalnya malu-malu. Pertama saya ngemis jauh-jauh dari rumah supaya ngga ketahuan orang rumah maupun tetangga. Tapi lama-lama saya biarkan orang mau berkata apa," katanya.

Sebelum menjalani profesi sebagai pengemis, Sri pernah juga berdagang namun bangkrut. "Dulu tahun 2008 pernah dagang makanan kecil di pasar Piyungan tapi bangkrut. Suami saya buruh bangunan sudah ngga peduli sama keluarga," keluhnya.

Uang dari hasilnya mengemis sebagaian akan digunakannnya untuk persiapan si kecil Hani kelak ketika sekolah. "Sementara ini dia kan masih kecil, jadi belum tahu apa-apa, ngga akan malu kalau saya ngemis, nanti setelah uang banyak, dia kan sekolah dan sudah mengerti apa itu pengemis, saat itu saya akan berhenti mengemis," katanya.(*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan