Kerusuhan Sampang
Pengungsi: Kami Tak Mau Pindah dari Sampang
Kerusuhan di Sampang, Madura, tak kunjung berakhir. Bentrok antara penganut mazhab Sunni dan Syiah mengalami pasang surut sejak 2006.
Editor:
Anwar Sadat Guna

Laporan Ardhanareswari AHP
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kerusuhan di Sampang, Madura, tak kunjung berakhir. Bentrok antara penganut mazhab Sunni dan Syiah mengalami pasang surut sejak 2006.
Sempat tersiar wacana memindahkan komunitas Syiah dari Sampang untuk menyudahi konflik tersebut.
"Kami tidak mau direlokasi. Ini putra Sampang. Kami mau tetap di Sampang," kata Muhammad Zaini, korban kerusuhan Sampang dari komunitas Syiah, saat ditemui di Jakarta, Jumat (31/8/2012).
Muhammad Zaini adalah anak dari Tohir, korban kerusuhan yang meledak, Minggu (26/8/2012) lalu, yang kini kritis. Ia bersama saudaranya, Muhaimin, berangkat ke Jakarta untuk meminta perlindungan ke Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).
Muhaimin adalah putra Hamama, korban tewas dalam kerusuhan tersebut. Mereka berdua diantar oleh beberapa aktivis Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras).
Menanggapi hal tersebut, Ketua LPSK Abdul Haris Semendawai merasa sanksi jika para pengungsi harus dipindahkan, "Kan memang mereka sudah turun-temurun tinggal di Sampang. Apakah pemindahan akan menyelesaikan masalah ini?"
Diberitakan sebelumnya, Minggu (26/8/2012), massa yang mengatasnamakan diri pengikut aliran Sunni menyerang komunitas Syiah di Sampang, Madura.
Massa membakar rumah dan melempari komunitas Syiah dengan batu. Seorang tewas dan puluhan orang terluka dalam kerusuhan tersebut.