Selasa, 28 Oktober 2025

Jokowi Rileks Tanpa Pengawalan

Betul saja. Melewati satu perempatan, Jokowi turun lagi dari mobil dan mulai membagi-bagikan beras.

Penulis: Domu D. Ambarita
Editor: Rachmat Hidayat

TRIBUNNEWS.COM, SOLO--Kota Solo kembali menarik perhatian publik. Anggota Polri Bripka Dwi Data Subekti (56) tewas diberondong , Kamis (29/8) malam. Inilah aksi teror ketiga dan paling membahayakan di Solo, Jawa Tengah dalam dua pekan terakhir. Bagaimana Wali Kota Solo Joko Widodo alias Jokowi menjaga diri terhadap kemungkinan jadi sasaran teror?

"Jangan di sini Pak, terlalu ramai. Cari yang agak tenang," ujar Jokowi kepada Suliadi, sopir yang duduk di balik kemudi mobil Toyota Camry hitam, kendaraan dinas Wali Kota Solo. H-1 Lebaran, Sabtu (18/8/2012) pagi menjelang siang itu, Jokowi hendak menyambut pemudik di terminal Tirtonadi, Solo.

Ia juga melaksanakan kegiatan rutin, hampir saban hari sedari menjabat Wali Kota Solo melakukan sedekah tanpa heboh, tanpa pengumuman. Jokowi selalu membawa berbungkus-bungkus beras kemasan plastik bening, volume 3 kg, di bagasi mobilnya.

Tribun menyaksikan Jokowi memilih lokasi dia bersedekah. Suliadi menghentikan mobil AD 1 A di pelataran, pintu belakang terminal Tirtonadi. Di tempat itu tampak belasan pedagang dan tukang parkir. Kegiatan serupa telah dilakukan di Stasiun Purwosari pagi harinya, saat menyambut pemudik dari Jakarta.

Suliadi membukakan pintu bagasi, di belakang. Hanggo, ajudan wali kota segera ke belakang. Sebelum turun, Jokowi meminta sebundel uang receh Rp 5.000 yang ditaruh di kotak laci depan, tempat biasa penyimpanan kotak P3K atau tempat kain lap di depan pintu kiri. Hanggo menyerahkan seikat duit warna kuning bergambar Tuanku Imam Bonjol.

Jokowi ke belakang dan memulai menyerahkan beras kemasan 3 kg. Setelah pemberian beras ditangani Suliadi, Hanggo dan dibantu seorang pengawal Jokowi. Ia kemudian menjauh, sambil membagi‑bagikan duit.

Situasi agak ricuh, dikerubuti banyak orang yang terkesan beringas. Beberapa laki-laki dengan kancing kemeja terbuka, dan lengannya berhias tato. "Seram, banyak orang bertato," kata Jokowi.

Saat meninggalkan lokasi, Suliadi memutar arah. Ketika itu, ada mobil travel, Elf melintas dari arah berlawanan. Mestinya mobil travel berada di jalur kiri, mendahului dan masuk ke kanan sehingga menghalangi AD 1 A. Mobil pembawa Jokowi kurang lebih 45 detik tertahan.

Menghadapi situasi yang relatif menghawatirkan untuk seorang pejabat seperti itu, Tribun bertanya kepada Jokowi, "Apakah tidak pernah menggunakan voorijder, untuk mengawal?" Jokowi menyahut, "Tidak."

Sejak menjadi Wali Kota Solo tahun 2005, Jokowi menolak pengawalan. "Protapnya sih harus ada voorijder. Dari protokoler mewajibkan, tapi saya tidak ambil," kata Jokowi.

Ketika disinggung soal insiden sehari sebelumnya, 17 Agustus dinihari, PosPengamanan 5 Gemblengan di Solo, Jawa Tengah, ditembaki orang tak dikenal, ia tetap tak tertarik menggunakan pengawalan.

"Sejak awal saya tidak mau voorijder. Dengan gini kan santai. Dengan voorijder malah kawatir, terlalu cepat. Kan enak gini tho. Kalau ada voorijder kita malah ngikuti terus. Dengan begini kita enak, kalau ada perempatan, dekat dengan warga, bisa berhenti, kasih beras. Saya suka spontan, kok," katanya.

Betul saja. Melewati satu perempatan, Jokowi turun lagi dari mobil dan mulai membagi-bagikan beras.

Sumber: TribunJakarta
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved