Surono: Jika Tidak Bisa Mengubah, Buat Apa Jadi Pemimpin?
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Dr Surono, mengatakan dengan kondisi
Penulis:
Widiyabuana Slay

TRIBUNNEWS.COM - Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Dr Surono, mengatakan dengan kondisi Indonesia sebagai negara yang memiliki gunung berapi aktif terbanyak di dunia, diperlukan upaya keras untuk menyelamatkan hidup orang-orang yang hidup di lereng gunung berapi.
"Diperlukan sikap mandiri untuk bisa maju dalam hal pemantauan teknologi. Kita harus berubah. Pemimpin Indonesia harus bisa mengubah. Jika tidak bisa, buat apa jadi pemimpin," demikian disampaikan Surono di kegiatan bertajuk 'Amerika Serikat dan Indonesia Bermitra dalam Program Pencegahan Bencana Gunung Berapi' yang berlangsung di @america, Pacific Place Mall, 3rd Fl, SCBD, Jakarta, Rabu (5/9/2012).
Ia pun mengatakan Indonesia tidak boleh bergantung dari negara lain dalam upaya pemantauan gunung berapi dan bencana alam. Dengan pengetahuan dan teknologi yang dimiliki saat ini, Surono mengatakan jumlah korban bisa diminimalisasi.
"Ini efektif. Waktu Merapi meletus, sekitar 3.000 yang meninggal. Sementara, menurut John ( Direktur Program Bantuan Pencegahan Bencana Gunung Berapi, John Pallister PhD, red), jika tidak efektif maka korban jiwa bisa mencapai puluhan ribu," jelas Surono.
Sejak tahun 2010, program Volcano Disaster Assistance USAID Indonesia sudah melakukan beberapa kegiatan antara lain memasang alat pemantau data terkini dengan Sistem Penentuan Posisi Global (GPS) untuk memantau Gunung Agung di Bali, meningkatkan pemantauan gelombang seismik di Gunung Raung dan Kawah Ijen di Jawa Timur, dan meningkatkan pemantauan gas vulkanik di Dataran Tinggi Dieng di Jawa Tengah.
NASIONAL POPULER