Selasa, 2 September 2025

Kondisi Pengungsi di Dadaab Sungguh Memprihatinkan

Pekan ini, para kepala negara akan berkumpul di Jenewa dalam rapat Executive Committee ke-63 Badan PBB

Editor: Widiyabuana Slay

TRIBUNNEWS.COM - Pekan ini, para kepala negara akan berkumpul di Jenewa dalam rapat Executive Committee ke-63 Badan PBB urusan penanganan pengungsi, UNHCR, sementara para pengungsi di kamp pengungsi terbesar di dunia, Dadaab, hidup dalam ketakutan serta dalam kondisi yang amat sangat mengenaskan. Data UNHCR memperkirakan ada sekitar 975,800 orang pengungsi di Dadaab. Demikian rilis yang dikirim ke redaksi Tribunnews.com, Rabu (3/10/2012).

Organisasi kemanusiaan medis internasional MSF (Medecins Sans Frontieres/Dokter Lintas Batas) mendesak UNCHR dan para pemimpin negara-negara anggota Konvensi Pengungsi untuk turut terlibat aktif dengan pemerintah Kenya dan UNHCR sehingga mereka bisa memenuhi tanggung jawab mereka terhadap para pengungsi di Dadaab. Upaya perlindungan dan pengadaan bantuan kemanusiaan bagi para pengungsi ini merupakan dua hal utama yang harus segera dilaksanakan.

“Kami mempertanyakan tingkat keseriusan pengadaan bantuan kemanusiaan bagi para pengungsi Dadaab ini,” kata Bruno Jochum, Direktur Umum MSF yang sempat berkunjung ke kamp pengungsi Dagahaley di Dadaab pekan lalu.

“Dengan memburuknya keamanan disana, pelayanan dasar serta pengadaan bantuan kemanusiaan telah berkurang drastis sehingga tidak mengherankan para pengungsi kini terkapar dan terancam wabah Kolera dan hepatitis E.”

Sejak tahun lalu, bantuan dana internasional bagi kamp-kamp pengungsi telah terpotong lebih dari 40 persen, sementara komunitas pengungsi makin bertambah banyak. Dengan akan dimulainya musim hujan, MSF memperingatkan tentang kurangnya tenda tempat bernaung serta fasilitas sanitasi. Bantuan sementara yang diberikan saat ini sangat tidak mencukupi, sehingga bencana kemanusiaan besar-besaran dikhawatirkan akan merebak lagi di kamp pengungsi ini.

MSF juga menyesalkan minimnya upaya perlindungan terhadap kaum pengungsi. Kenyataan bahwa para pengungsi baru tidak didaftarkan merupakan sesuatu yang tidak bisa diterima, serta jelas-jelas melanggar UU Konvensi Pengungsi dan Perjanjian Internasional, lanjut Jochum. “Kami mendorong upaya diskusi yang membawa solusi bagi masalah kritis yang tengah dihadapi oleh pemerintah Kenya dan UNHCR. Pendaftaran pengungsi harus dibuka kembali.” desak Jochum.

Dengan status Somalia yang masih didera konflik bersenjata, upaya pemulangan pengungsi secara besar-besaran bukanlah opsi yang bijaksana. Situasi keamanan yang belum stabil ini telah menghambat upaya perlindungan dan pengadaan serta pengiriman bantuan kemanusiaan.

Meskipun situasi keamanan relatif membaik di Dadaab dalam beberapa bulan terakhir, namun para pengungsi masih dilanda ketakutan akan kemungkinan menjadi korban kekerasan di dalam kamp yang masih rawan kekerasan/konflik. Kegiatan bantuan kemanusiaan, termasuk yang dilakukan MSF, juga terhambat akibat situasi ini. Sejak Juli, menyusul semakin meningkatnya insiden kekerasan yang menargetkan para pekerja kemanusiaan, MSF belum bisa mengirimkan para staf internasionalnya untuk bekerja dan berbasis secara permanen di kamp pengungsi. Saat ini, upaya penanganan bencana kesehatan serta emegensi dan untuk mengirimkan bantuan masih terlalu berbahaya.

MSF menyerukan pembukaan kembali kegiatan pendaftaran bagi para pengungsi baru, serta pelaksanaan kebijakan keamanan untuk menjamin keselamatan para pengungsi. Juga terhadap pemenuhan kebutuhan pokok serta tenda penampungan dan fasilitas sanitasi. Keselamatan dan kesejahteraan para pengungsi merupakan tanggung jawab prioritas negara-negara anggota pendukung UU  Konvensi Penanganan Pengungsi.   

MSF mengoperasikan sebuah rumah sakit dengan kapasitas pelayanan  200 tempat tidur di Dagahaley, salah satu dari lima kamp yang membentuk situs pengungsi Dadaab. Saat ini ada lebih dari 400 anak-anak penderita kurangan gizi akut yang  terdaftar dalam program gizi MSF. Staf MSF melakukan rata-rata 14.000 konsultasi medis setiap bulan dan menerima 1.000 pasien dari pengungsi dan masyarakat setempat. Rumah sakit menyediakan perawatan bagi anak-anak dan orang  dewasa, pelayanan dan perawatan bersalin, operasi dan pengobatan untuk HIV / AIDS dan TBC. MSF juga menjalankan empat pos kesehatan di Dagahaley, menyediakan pelayanan kesehatan dasar termasuk perawatan antenatal, vaksinasi dan kesehatan mental.

Sejak setahun yang lalu pada bulan Oktober 2011, dua staff MSF:  Montserrat Serra dan Blanca Thiebaut, telah diculik di pengungsi Dadaab ketika sedang melakukukan bantuan tanggap darurat bagi masyarakat Somali. Kedua staf MSF ini masih belum dibebaskan. Selain melanjutkan berbagai operasi bantuan kemanusiaan, MSF saat ini masih menunda pembukaan beberapa program non-emergensi  di Somalia sampai kedua staf tersebut dibebaskan.

INTERNASIONAL POPULER

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan