Konflik Palestina Vs Israel
Gejolak Baru di Yaman: Houthi Gerebek Kantor PBB, Culik 11 Pekerja
Ketegangan di Yaman kembali meningkat setelah kelompok Houthi yang didukung Iran menyerbu kantor badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Sana’a
Penulis:
Namira Yunia Lestanti
Editor:
Bobby Wiratama
TRIBUNNEWS.COM - Ketegangan di Yaman kembali meningkat setelah kelompok Houthi yang didukung Iran menyerbu kantor badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di ibu kota Sana’a.
Menurut laporan juru bicara WFP yang dikutip dari The Guardian, salah satu stafnya yang bertugas di kota Sana'a diculik oleh Houthi, sementara lainnya ditahan di wilayah berbeda.
Hal serupa juga terjadi di kantor UNICEF. Ammar Ammar, juru bicara lembaga tersebut, mengatakan pihaknya tengah melakukan penghitungan jumlah pegawai untuk memastikan berapa orang yang ditahan Houthi.
“Kami mencari informasi tambahan langsung dari pihak Houthi,” ujarnya.
Utusan PBB untuk Yaman, Hans Grundberg, juga mengatakan penahanan turut menargetkan beberapa stafnya yang bekerja di ibu kota Sanaa dan kota Hodeidah.
Dalam keterangan resminya ia menjelaskan bahwa penculikan terjadi setelah Houthi "masuk paksa ke kompleks PBB dan menyita properti PBB".
Sejauh ini sedikitnya ada 11 pekerja dari Program Pangan Dunia (WFP), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan UNICEF yang ditangkap dalam penggerebekan pada Minggu (31/8/2025).
Penahanan staf PBB oleh kelompok Houthi di ibu kota Yaman, Sana’a, sontak memunculkan pertanyaan besar tentang motif di balik aksi kontroversial tersebut.
Meski Houthi tidak memberikan penjelasan resmi, sejumlah analis dan pejabat internasional menduga langkah itu dilakukan sebagai bentuk tekanan politik setelah guncangan besar yang dialami kelompok pemberontak pasca serangan Israel yang menewaskan pejabat kabinet mereka.
Termasuk diantaranya Perdana Menteri Houthi, Ahmed al-Rahawi, dan sejumlah menterinya yang tewas dalam serangan udara Israel, Kamis lalu (28/8/2025) saat mereka berkumpul di Gedung tersebut untuk menggelar “lokakarya evaluasi tahunan” guna menilai kinerja pemerintahan mereka.
Israel berdalih operasi militer tersebut merupakan respons langsung atas serangan rudal dan drone yang berulang kali dilancarkan kelompok militan Houthi ke wilayah Israel.
Buntut insiden berdarah ini, Ketua Dewan Politik Tertinggi Houthi, Mehdi al-Mashat dalam pernyataannya yang disiarkan melalui Telegram menegaskan bahwa kelompoknya tidak akan tinggal diam.
Baca juga: Houthi Bersumpah Balas Dendam Usai PM Tewas Dibom Israel: Darah Akan Dibalas Darah
Alasan itu yang disinyalir menjadi penyebab mengapa Houthi menculik para staf PBB.
Lebih lanjut, selain faktor politik, penahanan juga diduga terkait kecurigaan Houthi terhadap keberadaan jaringan intelijen asing di balik operasi kemanusiaan PBB.
Mengingat bertahun-tahun, Houthi kerap menuduh organisasi internasional berperan ganda dalam misi kemanusiaan. Namun, tuduhan tersebut tidak pernah disertai bukti konkret.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.