Sarmada untuk Program Pencegahan Kanker Payudara
Tapi ada satu metode pencegahan kanker yang dilihat dari sisi genetik.
Penulis:
Agustina Rasyida
Editor:
Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kanker payudara dapat dicegah. Melalui makanan gizi seimabang, hindari rokok dan alkohol, istirahat cukup, serta meminimalisir stres. Tapi ada satu metode pencegahan kanker yang dilihat dari sisi genetik.
Metode tersebut dapat dilakukan pada program Samanda. Sebuah program risk assesment tentang penghitungan resiko kanker pada seseorang, dengan mengumpulkan data riwayat kesehatan (khususnya kanker) keluarga.
"Program Samanda ini berguna untuk mencegah kanker payudara pada perempuan, karena insidennya paling tinggi," tutur dr. Samuel J. Haryono, Sp.B(K) Onk dari RS Siloam MRCCC.
Seseorang yang melakukan tes di program ini akan dijamin kerahasiaannya. Bagi perempuan yang memiliki keluarga terkena kanker payudara di usia kurang dari 35 tahun, sebaiknya melakukannya.
Selanjutnya akan diadakan tes darah, apakah ada mutasi gen yang menyebabkan kanker atau tidak, dan dokter akan memaparkan temuannya yang telah melihat data riwayat keluarga, terutama keluarga inti (first degree).
"Ketika mendengarkan temuan dokter, Anda berhak tidak mau tahu. Karena ada orang yang sudah dengar pemaparan kami, dia malah gelisah, nggak tenang, itu malah nggak baik," ujarnya.
Bahkan ketika seseorang telah mengetahui resiko apa saja yang akan ia hadapi, misalnya ia berpotensi terkena kanker payudara, ia berhak memutuskan mengangkat payudara atau indung telur (berhubungan dengan kanker payudara).
"Di Inggris pernah ada yang seperti itu, mengangkat payudara dan indung telur. Tapi apa mau Anda seperti itu? Kayak orang menopause. Kalau udah nikah, buru-buru punya anak, lalu melahirkan, setelah itu kurangi resikonya."
Program Samanda merupakan penelitian yang dikembangkan sejak 2001 - 2012. Penelitian hasil kerjasama antara pemerintah Indonesia, Belanda, RSK Dharmais, serta Universitas Gajah. Di Indonesia, program ini dapat dijumpai di RSK Dharmais.
Di Eropa, benua yang paling tinggi angka kankernya, program ini baru berjalan 2006, tetapi untuk pengembangannya jauh lebih baik dan maju, dibandingkan di Indonesia.
"Kami akan mengembangkan program ini di web, orang bisa menilai sendiri resiko genetiknya, bisa konseling, dan rahasia akan dijamin."
"Penelitian sedang on going, berakhir tahun ini. Selanjutnya, tinggal kita mau pasarkan program ini atau tidak," tutupnya.