Lima SPBG Dibangun di Cirebon
Lima stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) untuk kendaraan di wilayah Cirebon.
Editor:
Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM CIREBON,- Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana membangun lima stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) untuk kendaraan di wilayah Cirebon. Dua stasiun induk (mother station) dan tiga stasiun pendamping (daugther station).
Niat pembangunan SPBG itu berhubungan dengan program konversi bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) untuk sektor transportasi di Kota dan Kabupaten Cirebon. Lokasi stasiun induk rencananya di jalur antara Palimanan-Cirebon dengan sumber gas dari perusahaan gas nasional (PGN) dan jalur antara Cirebon-Indramayu dengan sumber gas dari Pertamina.
Perwakilan Direktorat Minyak dan Gas Kementerian ESDM, Joko Hadi Wibowo, mengatakan hal itu dalam Rapat Koordinasi dan Sosialisasi Penentuan Lokasi dan Front End Engineering Design (FEED) Pembangunan SPBG (CNG/LGV) untuk Wilayah Cirebon di Hotel Prima, Jalan Siliwangi, Kota Cirebon, Kamis (13/12/2012).
Menurutnya, tiga stasiun pendamping rencananya dibangun di Pelabuhan Cirebon atau sekitarnya, dekat terminal Harjamukti atau sekitarnya, dan daerah bundaran Kedawung.
Menurut Joko, konversi dari BBM ke BBG di sektor transportasi membawa tiga dampak positif. Pertama, mengendalikan subsidi BBM. Kedua, mengurangi beban bahar bakar pemilik kendaraan. Ketiga, mengendalikan lingkungan hidup. "Harga BBG lebih murah dan penggunaan BBG tidak menimbulkan polusi," ujarnya.
Kementerian ESDM menjamin penggunaan BBG untuk sektor transportasi aman karena pemerintah megeluarkan sertifikat instalasi sistem pemakaian bahan bakar gas pada kendaraan bermotor. Perwakilan konsultan, Umar Sanusi, pihaknya melakukan beberapa survei di Kabupaten dan Kota Cirebon soal program penggunaan BBG.
Dari hasil survei itu, 63,3 persen menyatakan setuju untuk penggunaan bahan bakar alternatif (BBG). Selain itu, 97,5 persen dari responden menghendaki bahan bakar yang lebih murah. Ketika diurutkan berdasarkan alasan menggunakan bahan bakar, soal jangkauan harga bahan bakar masih muncul sebagai prioritas 67,34 persen dibanding alasan kenyamanan 7,2 persen.
"Padahal, pemerintah menekanan kenyamanan," kata Umar. Responden survei itu terdiri dari supir angkutan kota (angkot), supir taksi, pengusaha angkot dan taksi, masyarakat pengguna angkutan umum, dan pengguna kendaraan pribadi. Dari hasil survei itu pula, Umar dan kawan-kawan meperkirakan bahan bakar di Kabupaten dan Kota Cirebon berkisar 10 liter per hari.
Sekretaris Organisasi Angkutan Darat (Organda) Cirebon, Karsono, mengatakan agar pemerintah segera merealisasikan program ini. "Kami berharap tidak terlalu lama menunggu. Selama ini, dengan memakai BBM tarif dan biaya produksi kami tidak seimbang," ujarnya pada acara yang sama. (tom)
Baca Juga :
- Hasyim Muzadi Doakan Pilgub Jabar 7 menit lalu
- Minta Lima Interchange Cisumdawu 15 menit lalu