Bisnis Properti di Lampung Makin Cerah
Prospek bisnis dan investasi properti di Lampung pada 2013 bakal makin cerah

-Kebutuhan Rumah Capai 140 Ribu Unit -Tak Terpengaruh Pilkada
TRIBUNNEWS.COM BANDAR LAMPUNG, - Prospek bisnis dan investasi properti di Lampung pada 2013 bakal makin cerah dan menjadi momen tahun bisnis untuk perumahan. Hiruk pikuk politik lokal yang direncanakan berlangsung tahun ini, dinilai tak akan menyurutkan minat masyarakat terhadap kepemilikan rumah.
Menurut Ketua Masyarakat Peduli Perumahan dan Permukiman Indonesia (MPPPI) Lampung Arieyanto Wertha, kebutuhan rumah di Lampung pada tahun ular air bakal melonjak dan diprediksi mencapai 140 ribu unit.
Angka tersebut jauh lebih tinggi dibanding realisasi kepemilikan rumah pada 2012 yang tercatat sebanyak 128 ribu unit. "Kebutuhan rumah di Lampung terus meningkat dari tahun ke tahun. Kalau mau disebut sebagai tahun perumahan, tahun ini kita memang prediksi bakal ada peningkatan permintaan yang tinggi," kata Arieyanto, Selasa (26/2/2013).
Dia mengungkapkan, pada 2009, jumlah kebutuhan rumah di Bumi Ruwa Jurai hanya sekitar 96 ribu unit. Jumlah tersebut meningkat 30 persen lebih pada 2012 menjadi 128 ribu unit. Sedangkan untuk tahun ini, permintaannya bisa melebihi 140 ribu unit.
Arieyanto menilai, secara nasional, kondisi politik jelang pemilihan umum (pemilu) 2014 akan turut mempengaruhi jumlah perrmintaan perumahan di banyak daerah. Karena itu, kata dia, banyak kalangan yang menganggap tahun 2013 sebagai tahun properti. "Kalau mau disebut tahunnya properti bisa juga. Karena tahun depan sudah sibuk dengan pemilu," katanya.
Meski demikian, Arieyanto menilai, pemilihan gubernur Lampung yang direncanakan berlangsung pada 2013 tidak memiliki dampak serupa terhadap kondisi permintaan perumahan di Bumi Ruwai Jurai, sebagaimana hiruk pikuk politik pemilu yang berlaku secara nasional. "Dampaknya akan berbeda. Kalau secara nasional bisa berimplikasi terhadap jumlah permintaan perumahan karena terkait kebijakan. Tapi kalau secara lokal, saya rasa tidak akan terlalu berdampak. Prospeknya tetap bagus untuk investasi perumahan," paparnya.
Sejumlah pengusaha properti optimistis, tahun 2013 bakal menjadi momen emas bisnis perumahan. Sebab, pada tahun sebelumnya, regulasi pemerintah di bidang perumahan masih tidak jelas dan mengalami beberapa perubahan, terutama terkait penetapan jenis rumah layak huni.
Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Setyo Maharso mengatakan, setelah pada 2012 penjualan produk perumahan masih stagnan akibat ketidakjelasan regulasi, tahun 2013 diramalkan menjadi tahun booming atau melonjaknya permintaan terhadap berbagai produk perumahan.
"Tahun 2013 ini adalah tahun booming karena pada 2012 masih terkungkung regulasi," kata Setyo Maharso di Jakarta, beberapa waktu lalu. Kebanyakan rumah yang bakal laris terjual pada 2012 adalah rumah dengan nilai sekitar Rp 200 juta-Rp 600 juta.
Hal serupa diungkapkan Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Eddy Ganefo, yang menganggap tahun 2013 sebagai tahun "balas dendam" untuk mengejar sebanyak-banyaknya target yang tidak tercapai pada 2012. Dia berharap, berbagai pihak terutama pemerintah dapat bekerja di atas standar agar tidak ada lagi ada hambatan, seperti persoalan penandatangangan akte jual beli di sektor properti.
Menurut Eddy, tahun 2014 yang menjadi momen penyelenggaraan pemilu legislatif dan eksekutif berpotensi memunculkan masalah. Karena itu, penjualan perumahan pada 2013 bisa menutupi permasalahan yang kemungkinan muncul pada tahun politik mendatang. (heribertus sulis-tribunlampung/kcm)
Perbankan Juga Optimistis
OPTIMISME pertumbuhan bisnis properti di Lampung pada 2013 juga dinyatakan kalangan perbankan. Deputi Branch Manager Commercial Bank Tabungan Negara (BTN) Lampung Adi Anggono mengatakan, permintaan masyarakat terhadap kepemilikan rumah akan mengalami peningkatan.
Kaarena itu, kata Adi, BTN Cabang Lampung menargetkan pertumbuhan kredit pada 2013 sebesar 40 persen atau sebesar Rp 400 miliar dibanding tahun sebelumnya. Dari target tersebut, sejumlah 75 persen dari target penyaluran kredit diperuntukkan bagi pembiayaan perumahan. "Sedangkan sisanya merupakan kredit modal kerja dan investasi," ungkap Adi.