Jumat, 19 September 2025

Jaringan Kelompok ISIS

Gara-gara Mahasiswa Wartawan Jepang Digeledah Polisi Terkait ISIS

Seorang wartawan Jepang spesialis Timur Tengah khususnya ISIS, Kosuke Tsuneoka (45) rumahnya digerebek polisi Jepang dan semua barangnya disita polisi

Editor: Dewi Agustina
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
Kosuke Tsuneoka (45), wartawan bebas Jepang yang dekat dengan ISIS. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Seorang wartawan Jepang spesialis Timur Tengah khususnya ISIS, Kosuke Tsuneoka (45) rumahnya digerebek polisi Jepang dan semua barangnya sekitar 63 item (seperti hard-disk, kamera foto, komputer dan sebagainya) disita polisi terkait komunikasinya dengan Yusuke Nakano.

Yusuke Nakano adalah mahasiswa Universitas Hokkaido jurusan Matematika berusia 26 tahun, yang bermaksud pergi ke Siria dan bergabung dengan ISIS (Negara Islam Irak dan Syria).

"Benar tanggal 6 Oktober lalu rumah saya digerebek polisi Jepang khususnya pihak intelijen Jepang karena Nakano mau pergi ke Siria bergabung dengan ISIS dan dia konsultasi ke saya mengenai kepergiannya tersebut. Selain saya juga ada satu orang Jepang lain, Ko Nakata, pengajar di Universitas Doshisha, Kyoto, juga ikut membantu Nakano, kemudian juga ikut digerebek rumahnya," ungkap Kosuke Tsuneoka, wartawan Islam Jepang khusus negara-negara Islam di Timur Tengah, menceritakan hal itu khusus kepada Tribunnews.com, Selasa (14/10/2014) malam.

Menurutnya, penggerebekan tersebut aneh karena menggunakan hukum pidana lama UU Pasal 93 yang tak pernah dipakai selama ini. Menurut UU tersebut apabila warga Jepang menyerang negara luar Jepang untuk kepentingan diri sendiri, maka dia dapat dikenakan hukuman antara 3 bulan sampai lima tahun penjara.

"Mahasiswa tersebut akan dikenakan pasal 93 dan paspornya telah ditahan pihak kepolisian, sehingga tak bisa pergi ke luar negeri. Padahal rencananya tanggal 7 Oktober dia sudah berangkat ke Siria untuk membantu ISIS," ungkap Tsuneoka.

Sedangkan Tsuneoka masih dilakukan proses penyelidikan dengan menyita sementara barang-barangnya.

"Saya kira polisi atau intelijen Jepang ini mendapat tekanan dari pihak intelijen Amerika Serikat untuk mengusut saya juga karena saya diduga Amerika dekat dengan ISIS. Padahal saya hanya bekerja biasa saja sebagai profesional wartawan, tidak dan bukan anggota ISIS," katanya.

Tsuneoka mengaku tidak ditahan paspornya, dan saat ini dia sebenarnya ingin ke Siria lagi secepatnya untuk membantu seorang fotografer Jepang yang ditahan di Timur Tengah, Haruna Yukawa (42), oleh para pejuang ISIS sejak Agustus lalu. Dia disangka kalangan Islam tersebut sebagai mata-mata.

"Saya bisa kapan saja ke luar Jepang tetapi barang-barang saya termasuk kamera ditahan polisi saat ini. Jadi tak bisa kerja sebagai wartawan. Apabila ada yang bisa meminjamkan kamera kepada saya, pasti saya akan segera ke Siria mencoba menegosiasikan penyanderaan Yukawa ke pihak ISIS agar bisa segera dibebaskan. Saya pun bisa meliput langsung sekaligus kegiatan pelepasan penyanderaan tersebut," tambahnya.

Tsuneoka memulai penjelajahan di dunia Islam tahun 1992 ketika pergi ke Algeria. Saat itu dia masih 2 tahun jalan-jalan bersama temannya di Afrika Utara di tengah pecah perang saat itu antara pemerintah Algeria dengan Islamic Salvation Army (ISF). Dia menjadi berteman dengan para tentara ISF selama dua minggu dan semakin dalam perhatiannya kepada Islam. Lalu 1993 selama dua minggu pula ke Afghanistan dan menjadi berteman dengan para warga Taliban di sana. Kembali lagi ke Afghanistan tahun 1998 sebagai crew Nagasaki TV menemui temannya di Jalalabad.

Temannya itu ternyata kemudian menjadi Wakil Gubernur Mazar-i-Shariff, kota keempat terbesar di Afghanistan. Dan sempat mewawancarai Komandan Massoud. Dia menghabiskan waktu tiga bulan keliling Tajikistan, India, Pakistan dan Afghanistan. Bulan November 1999 berkeliling Chechnya lewat Georgia dengan kelompok bersenjata Chechen, khususnya di Grozny, bersama wartawan Rusia dan wartawan barat lainnya.

Dia tinggal di kamp pengungsi jihadist dan semakin dekat dengan kelompok muslim tersebut yang mempersiapkan penyerangan di Abkhazia dengan dukungan pemerintahan Georgia. Tapi kemudian pemerintah Georgia meninggalkan kelompok pemerintah tersebut dan bersama mereka Tsuneoka kabur ke hutan karena kelompok diserang tentara Rusia.

Selama tiga bulan di hutan makan daun dan binatang buruan bersama jihadist Chechen. Tiga sahabatnya selama bersama di hutan Abkhazian akhirnya meninggal. Di hutan itu Tsuneoka banyak berkenalan dan bersahabat dengan para tentara Chechen yang menjadi modal dia akhirnya berkenalan dengan kalangan Islam di Syria sampai akhirnya dekat sekali dengan kalangan ISIS. Dia pun menganut agama Islam pada tahun 2000.

Tags
Jepang
ISIS
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan