Sabtu, 20 September 2025

Jaringan Kelompok ISIS

Orang Jepang Gabung ISIS Bukan karena Uang

Warga Jepang yang ke Syria, berjuang membantu ISIS (Negara Islam Irak dan Syria) bukan karena uang, tetapi ingin membantu menyelamatkan rakyat biasa.

Editor: Dewi Agustina
Istimewa
Kosuke Tsuneoka (45) di depan bendera ISIS dengan senjata AK47 buatan Rusia. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Warga Jepang yang ke Syria, berjuang membantu ISIS (Negara Islam Irak dan Syria) bukan karena uang, tetapi ingin membantu menyelamatkan rakyat biasa yang tak berdosa, menjadi korban perang. Kalau demi uang, dan kalau pun ISIS memberikan uang bagi para pejuang orang asing, itu tak seberapa bagi orang Jepang.

Jumlah uang sama dengan uang yang bisa diperoleh di Jepang hanya dengan bekerja paruh waktu saja. Tapi kalau dari negara berkembang seperti Indonesia, mungkin uang yang ditawarkan ISIS cukup besar sehingga berguna bagi yang ikut berpartisipasi di ISIS.

"Warga Jepang yang saya tahu, yang datang ke negara Islam bergabung dengan ISIS bukan karena uang. Kalau pun diberikan uang tak seberapa jumlahnya dibandingkan kerja paruh waktu saja di Jepang jumlahnya ya sama. Tapi kalau bagi negara berkembang seperti Indonesia, mungkin dianggap cukup besar bahkan kalau di-rupiah-kan menjadi besar sekali, sehingga mungkin menjadi daya tarik," papar Kosuke Tsuneoka (45) khusus kepada Tribunnews.com, Selasa (14/10/2014) malam.

Dicontohkannya Uzawa Yoshifumi (26) yang tahun 2000-2002 berada di Syria bergabung dengan ISIS.

"Dia itu mantan anggota para trooper (penerjun khusus) dari pasukan bela diri Jepang (SDF), pergi ke sana karena ingin merasakan supaya dirinya bisa lebih berguna lagi menyelamatkan banyak rakyat yang tak berdosa menjadi korban perang. Sempat tertembak kakinya tapi kini sudah normal kembali," paparnya.

Beberapa warga Jepang yang bergabung dengan ISIS menurutnya bukanlah bergabung sebagai tentara ISIS tetapi seperti jalan-jalan, travel biasa saja bersama ISIS, tidak serius.

"Menurut saya tak ada yang benar-benar serius bergabung ke dalam tentara ISIS sampai dengan saat ini. Mereka hanya sementara saja, sejenak saja, mencari pengalaman, seperti berwisata bersama kelompok ISIS, tetapi bukan berarti bergabung ke dalam tentara ISIS. Tidak ada warga Jepang yang serius seperti itu," jelasnya.

Contoh warga Jepang lain yang pernah ke Syria mendekati ISIS adalah Toshifumi Fujimoto (47).

"Dia itu sebenarnya hanya sopir truk biasa, bosan di Jepang, ikut bergabung bersama ISIS. Kalau memang orang Jepang dengan motif mau dapat uang, sebaiknya bergabung ke pasukan French Foreign Legion, bisa dapat sekitar 5.000 dolar AS sebulan," tambahnya.

Motif lain mendekati pasukan ISIS juga karena kecewa dengan negerinya sendiri seperti Yusuke Nakano (26) mahasiswa Universitas Hokkaido yang mau bergabung dengan ISIS, mengakuinya, karena benci dengan Jepang negerinya sendiri, gagal mencari pekerjaan.

"Daripada saya mati stres di Jepang bunuh diri tak berguna, lebih baik saya mati bertempur bersama ISIS itu jauh lebih berguna," paparnya kepada sebuah televisi Jepang.

Gara-gara komentar itu Nakano kena delik pidana Pasal 93 yang dapat dikenakan hukuman penjara antara 3 bulan sampai dengan 5 tahun. Saat ini sedang penyidikan pihak kepolisian dan paspornya disita polisi Jepang.

Tsuneoka kelahiran Nagasaki tanggal 1 Juli 1969, lulusan Universitas Waseda Tokyo yang pernah menjadi wartawan Nagasaki TV itu, tahun 2009 mendapat penghargaan Perdamaian dan Kerjasama Jurnalis dari Peace & Cooperative Journalist Fund of Japan (PCJF). Dia dapat berbahasa Chechen, Rusia dan Inggris.

Tags
ISIS
Jepang
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan