Kisah 'Hosto' di Jepang, Menekan Payudara Hingga Angkat Meja dan Kursi
api kemudian muncul satu masalah, hosto adalah dunia lelaki
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Impiannya untuk menjadi Hosto memang sudah ada sejak kecil. Tapi baru kali ini kesampaian dan bahagia luar biasa.
Tapi kemudian muncul satu masalah, hosto adalah dunia lelaki, melayani wanita yang mau curhat dan santai di depan hosto. Sementara dirinya wanita dan punya buah dada layaknya seorang wanita.
"Untung buah dada saya tidak besar dan untuk itu ya biar kelihatan seperti lelaki ya saya tekan serendah mungkin agar tidak nongol tidak kelihatan buah dada, sehingga seperti lelaki juga, layaknya seorang hosto," papar Yumesaki Kyoya (20) khusus kepada Tribunnews.com.
Hosto merupakan bagian dari kebudayaan Jepang. Melayani wanita, kebalikan Geisha yang melayani lelaki.
Menjadi Hosto sangatlah sulit. Bukan hanya membutuhkan kemampuan berbahasa Jepang yang baik, tetapi juga harus menguasai psikologis tamunya, menyambung pembicaraan sehingga menarik bagi tamunya serta penguasaan budaya Jepang itu sendiri.
Jadi bukan hanya ganteng dan pintar, tetapi enak berkomunikasi, enak berdialog dengan sang tamu yang semuanya wanita, sangat dibutuhkan ketrampilan itu bagi seorang Hosto yang umumnya tampan.
Untuk pertama kali di Tokyo, sejak Desember tahun lalu dibuka Klub Hosto ACT ini di Kabukicho Tokyo, Kyoya, tampil satu-satunya sebagai Hosto wanita di tengah 28 hosto pria di sana.
"Berat menjadi hosto karena tak ada perbedaan kerja dengan lelaki hosto di sini," tambahnya. Misalnya angkat bangku, meja dan sebagainya yang dilakukan pria juga dilakukan Kyoya.
Meskipun demikian sebagai Hosto wanita pertama di Tokyo yang mengaku masih terus belajar dan ingin jadi nomor satu, diakuinya ada keuntungannya juga sebagai wanita.
"Kaget juga tamu di sini kan semuanya wanita, ketika mengetahui saya wanita tak menyangka sama sekali. Tetapi justru karena sama-sama wanita seolah mereka jadi lebih enak lebih terbuka curhat sebagai sesama wanita," tambahnya.
Sampai saat ini Kyoya baru memiliki emapat atau lima tamunya yang solid kepadanya. Budaya hosto adalah tidak merebut tamu satu sama lain.
Apabila saat ini tamu A misalnya ke Hosto B, maka Hosto C tak boleh memiliki tamu A apabila dia datang kembali ke klub hosto tersebut. Kecuali atas permintaan tamu A ingin bersama Hosto C. Inilah salah satu etika paling penting di dunia hosto.
"Saya berusaha menjaga semua tamu saya dengan baik, dan moga-moga saj aterus bertambah nantinya karena kita baru beroperasi sejak Desember jadi baru sekitar tiga bulan saja, masih banyak yang mesti dilalui nantinya untuk bisa menjadi Top Hosto di sini."
Penghasilan Hosto yang top di Jepang per bulan bisa jutaan yen.