Jumat, 19 September 2025

Di Jepang, Memotong Pohon Tua juga Harus Gunakan Sesajen

Memotong pohon tua di Jepang, misalnya sudah berusia 100 tahun, tidak bisa sembarangan.

Editor: Dewi Agustina
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
Noriko Nakagawa, satu-satunya wanita ahli kayu pembuat produk kayu Jepang dari 8 ahli kayu Jepang yang ada saat ini. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Memotong pohon tua di Jepang, misalnya sudah berusia 100 tahun, tidak bisa sembarangan. Bukan hanya harus ada izin dari pemda setempat juga harus menggunakan perayaan ritual termasuk sesajen. Hal ini dimaksudkan untuk mohon permisi kepada roh yang ada di dalam kayu tersebut, sebelum pohon ditebang.

"Memotong kayu kuno di Jepang tidak bisa sembarangan. Selain ada ketentuan perizinan pemda setempat, juga ada lokasi pohon yang tak boleh diusik dan ada yang dengan persyaratan tertentu serta melakukan doa ritual sebelum dilakukan penebangan," kata Noriko Nakagawa, satu-satunya wanita ahli kayu pembuat produk kayu Jepang dari 8 ahli kayu Jepang yang ada saat ini, khusus kepada Tribunnews.com, Selasa (28/7/2015).

Nakagawa yakin kayu yang tua itu memiliki roh yang perlu dikomunikasikan terlebih dulu, minta izin sebelum kita menebangnya. Penebangan itu pun juga harus jelas maksud tujuan penggunaan kayu yang ditebang. Tidak bisa sembarangan tebang tanpa maksud tujuan yang jelas.

Wanita di Jepang yang ingin menjadi ahli kayu sangat berat di Jepang dan sampai kini memang belum ada sekolahnya. Yang ada, hanya ujian kemampuan ahli kayu yang dilakukan Kementerian Transportasi Jepang.

"Itu pun setelah si ahli kayu tersebut memiliki pengalaman minimal tiga tahun setelah benar-benar menjadi pelaku langsung ahli kayu di lapangan. Tidak bisa seenaknya ikut ujian kemampuan ahli kayu dari pemerintah Jepang. Selain itu juga harus dapat rekomendasi dari tiga ahli kayu yang ada," katanya.

Delapan ahli kayu Jepang dewasa ini umumnya telah beranak-cucu ikut keluarga dari beberapa generasi sebelumnya. Jadi memang bukan orang asing dalam dunia perkayuan karena sejak nenek kakek sebelumnya juga sudah bergelut di bidang perkayuan.

Nakagawa juga mempelajari banyak ilmu perkayuan bukan hanya dari Jepang tetapi juga dari banyak negara sehingga dia bisa dikatakan salah satu maestro kayu Jepang saat ini dan satu-satunya yang berjenis kelamin wanita.

"Jadi kalau saya berkumpul dengan yang lain sering disebut kakkoi (ganteng) bukan kawaii (cantik) karena lainnya, semua ahli kayu di Jepang itu umumnya lelaki semua," katanya sambil tertawa.

Pengalaman perusahaan dan keluarganya yang telah sekitar 102 tahun bergelut di bidang kayu ini memang sudah tak asing lagi bagi banyak pecinta kayu di Jepang dan di beberapa negara di Eropa karena dia pun mengarang beberapa buku yang khusus mengenai perkayuan dengan segala rincian dan sejarahnya. Misalnya buku "Bahasa Kayu" karangannya yang diterbitkan Januari 2006. Serta buku lain mengenai cara membuat rumah kayu di Jepang.

Tags
Jepang
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan