Tunanetra Jepang dan Anjing Penuntun Jatuh di Platform Stasiun lalu Ditabrak KA
Dari hasil rekaman kamera CCTV terlihat tunanetra tersebut slip jatuh
Editor:
Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Suatu kecelakaan yang sangat mengenaskan terjadi kemarin sekitar jam 18:00 waktu Jepang.
Tunanetra Jepang dengan anjing penuntunnya jatuh dari platform stasiun Aoyama Itchome, Ginza Line di Tokyo, ditabrak kereta api dan meninggal.
"Dari hasil rekaman kamera CCTV terlihat tunanetra tersebut slip jatuh dari platform stasiun bersama anjingnya, lalu tak sempat menghindari kereta api yang datang, walaupun ada yang memencet tombol darurat, tertabrak dan akhirnya meninggal dunia. Anjingnya selamat," ujar sumber Tribunnews.com malam ini, Selasa (16/8/2016).
Korban yang meninggal, Naoto Shinada (55) adalah karyawan sebuah perusahaan di Setagaya Tokyo.
Saat itu hendak pulang ke rumahnya pulang dari kantornya.
Stasiun kereta api bawah tanah Aoyama Itchome memang belum memiliki pagar pemisah di platformnya.
Namun dengan kejadian ini pihak operator kereta api bawah tanah Jepang tampaknya segera akan memasang pintu pagar tersebut, memisahkan antara orang yang menunggu kereta api dan pintu kereta api.
Dari 179 stasiun kereta api yang ada di Tokyo, baru 79 stasiun yang telah memasang pintu pemisah di platform penunggu kereta api tersebut.
Namun di semua stasiun kereta api di Tokyo selalu ada huruf braille untuk tunanetra serta tanda khusus jalur warna kuning dan dapat diraba jelas melalui kaki, karena ada gundukan tinggi, jalur khusus untuk tunanetra yang letaknya seiring jalur platform, sekitar 60 cm dari pinggiran atau tepian platform stasiun kereta api.
Hasil penelitian dari Kementerian Pertanahan, Infrastruktur dan Transportasi Jepang, pada tahun 2009 tercatat kasus kecelakaan di stasiun kereta api sebanyak 2442 kasus.
Lalu meningkat satu setengah kali menjadi 3.673 kasus di tahun 2014.
Dari jumlah tersebut kecelakaan yang dialami para tunanetra sebanyak 38 kasus tahun 2009 dan meningkat menjadi 92 kasus tahun 2012. Tahun 2014 menjadi 80 kasus.
Polisi masih terus menyelidiki kasus kecelakaan tersebut hingga kini guna melihat kemungkinan lainnya.
Almarhum Shinada berasal dari kota Ebetsu Hokkaido.
Menurut teman sekerjanya, Shinada merupakan orang yang berkemauan keras dan jujur.
"Setiap pagi, saat datang di taman kanak-kanak tempat kerjanya, dengan ceria selalu menyapa kita semua dengan Selamat Pagi dan selalu asyik berbicara dengan pekerja lainnya. Kita sangat kehilangan dia sekali," ujar Ryuichi Murata Kepala Taman Kanak-kanak tempat Shinada bekerja.