Toko Online di Cina Pasang Gembok Kombinasi pada Pakaian untuk Cegah Pengembalian Eksploitatif
Label raksasa dan gembok kini dipasang di pakaian online China untuk menghentikan pembeli nakal yang memakai barang lalu mengembalikannya.
Ringkasan Berita:
- Toko online di China mulai memasang label raksasa dan gembok pada pakaian untuk menekan penyalahgunaan kebijakan retur tujuh hari tanpa syarat.
- Langkah ini muncul karena banyak pembeli memakai barang lalu mengembalikannya sehingga merugikan penjual.
- Dengan tingginya tingkat pengembalian, strategi ini dianggap sebagai perlindungan agar produk tetap dalam kondisi sempurna.
TRIBUNNEWS.COM, CINA - Platform e-commerce di China mulai menerapkan cara baru untuk menghadapi pembeli yang menyalahgunakan kebijakan retur tujuh hari tanpa syarat.
Banyak toko online menambahkan gembok kombinasi pada resleting pakaian, terutama untuk mantel dan busana premium.
Ada juga yang memasang label berukuran sangat besar hingga melebihi kertas A4, lengkap dengan peringatan bahwa barang tidak bisa ditukar atau dikembalikan jika label tersebut dilepas.
Fenomena ini ramai diperbincangkan pada periode festival belanja Double 11, ketika kasus pengembalian barang semakin meningkat.
Seorang penjual di Beijing menjelaskan bahwa kode gembok hanya diberikan setelah pembeli memastikan tidak akan mengembalikan produk.
Tujuannya untuk menekan praktik yang dikenal sebagai “shearing the sheep”, yakni memanfaatkan toko online untuk memakai pakaian gratis selama beberapa hari sebelum mengembalikannya.
Baca juga: Modus Licin Komplotan WNA Cina Gasak Brankas Pabrik, Gondol Uang Nyaris Rp1 Miliar
Kebijakan retur tujuh hari yang berlaku sejak revisi Undang-Undang Perlindungan Konsumen 2014 sebenarnya dibuat untuk melindungi pembeli.
Namun, aturan tersebut dimanfaatkan sebagian orang untuk menjadikan toko online sebagai “lemari pakaian gratis”.
Pada 2024, seorang penjual online mengeluhkan sekelompok mahasiswa yang mengembalikan tujuh kostum setelah memakainya, dengan tag harga dilepas dan kondisi pakaian kotor.
Platform tetap memulangkan uang mereka sepenuhnya, membuat penjual tersebut mengungkap kasus itu ke publik.
Pada 2025, sebuah brand desainer melaporkan grup musik Wutiaoren yang mengembalikan dua jaket senilai total 6.000 yuan atau Rp14 juta setelah dipakai tampil dengan sangat aktif.
Stylist band itu kemudian meminta maaf dan menawarkan kompensasi.
Seorang penjual mengatakan kepada Yangtse Evening Post platform e-commerce cenderung berpihak kepada pembeli.
Penjual dapat mengajukan banding, tetapi prosesnya makan waktu, menguras tenaga, dan tidak selalu menghasilkan keputusan yang memuaskan.
Menurut media 36Kr, tingkat retur pakaian wanita mencapai 50–60 persen.
| Suami Bakar Istri di Bidara Cina, Ternyata Pelaku Pernah Mengamuk Bawa Celurit |
|
|---|
| Ekonomi Belum Stabil, Purbaya Tunda Pajak Toko Online 2026 |
|
|---|
| Upah Ibu di Sukabumi Rp30 Ribu Sehari, Anak Gadisnya Disekap di Cina Diminta Tebusan Rp200 Juta |
|
|---|
| Negara yang Berawalan Huruf X: Ada Secara Ejaan, tapi Bukan Nama Resmi |
|
|---|
| India dan Filipina Gelar Patroli Bersama Pertama di Laut Cina Selatan |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.