Mantan Polisi Jepang Bunuh dan Rampok Sopir Taksi untuk Biayai Selingkuhannya
Shota Nakano tidak mengakui kalau dirinya melakukan pembunuhan dan perampokan September 2015 di sebuah rumah milik sopir taksi di Asaka.
Editor:
Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Shota Nakano (33), mantan kepala penyidik di kantor polisi Urawa Perfektur Saitama, tidak mengakui kalau dirinya melakukan pembunuhan dan perampokan September 2015 di sebuah rumah milik sopir taksi di Asaka, Perfektur Saitama.
"Tertuduh pagi ini tidak mengakui perbuatannya membunuh dan merampok sopir taksi tersebut di pengadilan," kata sumber Tribunnews.com, Senin (28/11/2016).
"Dia bersuara keras, saya cekik dengan mengikatkan tali ke lehernya sampai meninggal. Tapi saya tidak berniat saat itu untuk mengambil uangnya. Jadi bukan membunuhnya karena ingin uangnya," kata Nakano di pengadilan, Senin (28/11/2016) membantah tuduhan jaksa.
Pihak jaksa mengungkapkan, sebelum kejadian itu Nakano pernah ke rumah korban, Toshiharu Terao (58) dan tampaknya mengetahui korban punya uang.
"Uang sangat dibutuhkan terdakwa karena mempunyai selingkuhan sehingga kebutuhan uang banyak tak cukup dari gajinya. Jadi terdakwa memang berencana untuk itu," kata jaksa penuntut umum.
Itulah sebabnya jaksa menduga terdakwa membunuh untuk mengambil uang korban 1,2 juta yen dari rumahnya di Asaka Perfektur Saitama lokasi pembunuhan di rumah korban.
Saat tampil di pengadilan pagi ini, Nakano memotong pendek rambutnya. Mengenakan baju putih dan dasi hitam Nakano tampak tegang memperhatikan hakim yang menjalankan persidangan.