Sia-sia Saja Pembicaraan Jepang-Rusia, 4 Pulau Utara Tolong Kembalikan
Empat pulau yang dianggap masyarakat Jepang belum dikembalikan kepada Jepang dari Rusia
Editor:
Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Pembicaraan pemerintah Jepang-Rusia hanya sia-sia saja selama ini.
Namun yang pasti masyarakat Kepulauan Utara (Northern Territories = NT) Jepang tetap meminta Rusia segera mengembalikan empat pulaunya.
"Hari ini 160 tahun sejak perjanjian kesepakatan Jepang Rusia tanggal 7 Februari 1855 Rusia mengakui akan memberikan empat pulaunya kepada Jepang," papar Takashi Kawada (80) dari Takijima NT.
Pembicaraan selama ini dianggapnya hanya sia-sia saja.
Empat pulau yang dianggap masyarakat Jepang belum dikembalikan kepada Jepang dari Rusia adalah Etorofu Island, Kunashiri Island, Shikotan Island, dan Habomai Island.
"Sia-sia saja pembicaraan selama ini antara Jepang-Rusia. Biar bagaimana pun Rusia harus tetap mengembalikan pulau tersebut kepada kita," tekannya lagi saat sambutan peringatan 160 tahun kesepakatan Jepang Rusia tersebut di kota Nemura Hokkaido.
Pihak Rusia memang berjanji mengembalikan empat pulau tersebut sebelumnya tetapi menganggap bukan berarti menjadi milik Jepang.
Namun pihak Jepang selama ini menganggapnya empat pulau tersebut memang miliknya sehingga sepantasnya harus dikembalikan milik Jepang kepada Jepang lagi.
Sekitar 800 anggota masyarakat setempat hadir melakukan gerakan anti Rusia, meminta agar empat pulau NT tersebut dikembalikan lagi segera kepada Jepang.
Para pelaku termasuk anak dan cucu-cucu mereka berdatangan bersatu untuk gerakan meminta pengembalian empat pulau NT tersebut.
Seorang lelaki usia 86 tahun dari Kunishiga yang berpartisipasi kegiatan tersebut mengatakan, "Saya akan terus memperjuangan hal ini sampai mati. Sanbgat bagus kalau empat pulau itu segera dikembalikan supaya hubungan kedua negara baik kembali."
Peserta lain berusia 73 tahun dari Shikotanjima mengatakan, "Semua anggota masyarakat NT sangat serius memperjuangkan hal ini. Walaupun kami berusia rata-rata 90 tahun tapi saya mau semua orang sadar perlunya pengembalian pulau tersebut sehingga saya juga bisa berziarah dengan tenang ke makam keluarga saya di salah satu pulau yang belum dikembalikan Rusia tersebut."