Perawat Indonesia Cantik Ini Berhasil Memperoleh Kepercayaan Dari Orang Jepang
Lusy lulus ujian keperawatan nasional 31 Maret 2011 dan lulus ujian kecakapan bahasa Jepang N-1 tahun 2016.
Editor:
Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo di Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Tidak mudah memperoleh kepercayaan dari orang Jepang. Namun perawat Indonesia dari gelombang pertama masuk Jepang tahun 2008 ini sudah bisa dianggap berhasil dengan kualitas dan kemampuan sama seperti perawat senior Jepang sehingga mudah bekerja di rumah sakit besar yang ada di Tokyo.
"Dulu saya bekerja di rumah sakit yang ada di sekitar Odawara," papar Lusy Fitriani kelahiran 24 Agustus 1979 yang akan merayakan ulang tahunnya di kampungnya Duri, Pekanbaru nanti.
Fitriani (38) akan pulang kampung 17 Agustus mendatang dan selama 12 hari di kampungnya lalu kembali tanggal 27 Agustus tiba di Tokyo 28 Agustus.
"Tadinya saya minta dua minggu pulang tak dikasih maka hanya 12 hari saja," lanjutnya yang mengaku sedang mencari pacar untuk serius dinikahinya.
Lusy lulus ujian keperawatan nasional 31 Maret 2011 dan lulus ujian kecakapan bahasa Jepang N-1 tahun 2016.
"Lucu deh saat saya lulus ujian keperawatan nasional diliput TV Fuji lalu April bersama saya wartawan TV Fuji ikut ke Pekanbaru temui nenek saya, dan semua masuk dan disiarkan di TV Fuji Jepang bulan Mei 2011," mengenangnya lebih lanjut.
Diakuinya hidup di Jepang berat sekali apalagi kalau tak bisa bahasa Jepang.
"Dulu saat baru datang tak bisa bahasa Jepang mungkin kita di buli ya diejek, tetapi ya salah kita sendiri sih tak bisa bahasa Jepang," ceritanya mengenang masa lalu.
Selain itu yang berat juga laporan menulis pakai bahasa Jepang.
"Wah repot dan susah serta lama karena kanjinya itu harus kita lihat kamus berulang kali, tulis tangan lagi, capek deh. Tapi kalau sekarang laporan pakai komputer jadi sangat mudah terbantu sekali."
Lusy yang pakai jilbab menurutnya saat ini tidak ada yang mengejeknya semua berjalan dengan baik karena rekan-rekan perawat lain melihat Lusy memiliki kemampuan perawat yang tinggi sama seperti perawat Jepang dan komunikasi juga baik dengan para pasien.
"Dulu ada ibu pasien, dalam sekamar berempat. Hanya ibu itu saja yang galak meminta saya panggil perawat Jepangnya," ungkapnya lagi mulai cerita masa lalunya.
Setelah ibu itu melihat saya melayani pasien lain tiga orang yang sekamar dan sukses melayani mereka, akhirnya ibu itu minta maaf berkali-kali kepadanya.
"Bahkan smapai pulang terus saja minta maaf. Maaf ya dik waktu itu saya tak tahu kalau ternyata kamu hebat juga melayani dan hebat bekerja sebagai perawat, maaf ya dik. Begitu kata ibu itu dan saya katakan, tak apa-apa kok bu."