Sabtu, 23 Agustus 2025

Pembunuhan

Usai Salat Subuh, Tukang Pijat Pribadi Habisi Seorang Arsitek di Depok

AM meminta bantuan dalam bentuk uang, "Korban mengatakan, 'Ah kamu hanya bisanya meminta-minta uang saja'," ujar Nico.

Editor: Johnson Simanjuntak
a2zmedical
ilustrasi pijat 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Polisi merasa janggal dengan motif AM (20), pelaku pembunuhan terhadap Feri Firman Hadi (50), seorang arsitek di Depok, Jawa Barat.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan, AM telah diinterogasi.

Namun, AM belum mau mengungkapkan motif pembunuhan secara keseluruhan kepada penyidik.

"Kemarin tersangka sempat kami wawancara, yang bersangkutan belum membuka semua," ujar Argo di Mapolda Metro Jaya, Semanggi, Jakarta Selatan, Senin (8/1/2018).

AM mengaku membunuh Feri karena tersinggung. Ia tak dipinjami uang untuk bayar kontrakan dua bulan sebesar Rp 700 ribu.

Padahal, Feri telah menawarkan agar AM beserta keluarga agar tinggal di rumahnya. Polisi menengarai ada motif lain di balik pembunuhan terhadap Feri.

"Tentunya itu tak hanya seperti itu, kami gali apakah ada penyebab lain atau tidak," ujar Argo.

AM telah dua bulan mengenal Feri. Selama itu, ia aktif menjadi tukang pijat pribadi Feri. Kurang lebih 15 kali ia mondar-mandir untuk memijat sang arsitek.

"Kemarin saya tanya, memijit sudah 15 kali selama dua bulan itu dan ada beberapa bagian apakah ada tempat-tempat sensitif yang dipijit? Ini masih kami dalami, apakah ada motif lain," ujar Argo.

Kronologi

Polisi menangkap AM pada Sabtu (6/1) di perkebunan Kampung Bojong, Desa Sukamulih, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor.

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Nico Afinta, mengatakan pembunuhan tersebut disinyalir karena AM merasa tersinggung atas ucapan korban.

Menurut Nico, kejadian nahas itu bermula saat AM datang ke rumah Feri di Perumahan Poin Mas Blok A2 Nomor 5 RT 01/11, Rangkapan Jaya Mas, Depok, Minggu (10/12/2017) malam sekitar pukul 19.00 WIB.

AM pusing karena tak bisa bayar kontrakan keluarga sebesar Rp 700 ribu dan diancam akan diusir oleh pemilik kontrakan.

AM pun mengajak adiknya, HK, ke rumah Feri dengan menumpang angkutan umum.

Ia menceritakan kegelisahannya tak punya uang kepada Feri. AM pun bermaksud meminjam uang kepada sang arsitek.

"Setelah membicarakan hal tersebut, korban menyarankan agar keluarga pelaku untuk sementara tinggal di rumah korban saja," ujar Nico.

Setelah lama berbincang, AM pun diminta untuk memijat Feri yang merasa badannya pegal-pegal. Karena sudah larut malam, AM lebih dulu mengantar adiknya pulang ke kontrakan mengendarai sepeda motor yang dipinjami korban.

"Sekitar 23.00 pelaku kembali ke rumah korban untuk memijat korban," ujar Nico.

Sekitar pukul 03.00, AM kembali berusaha meminjam uang kepada Feri. Namun, Feri tetap menganjurkan agar keluarga AM untuk sementara tinggal di kediamannya.

"Selesai memijat, korban tidur di rumah pelaku. Sekitar jam 05.00, korban dan pelaku bangun tidur, bersama-sama salat subuh," ujar Nico.

Di ruangan salat itu, AM dan Feri kembali berbincang masalah uang kontrakan.

AM meminta bantuan dalam bentuk uang, "Korban mengatakan, 'Ah kamu hanya bisanya meminta-minta uang saja'," ujar Nico.

AM merasa tersinggung. Saat Feri dalam posisi tiduran, AM ke luar kamar dan mengambil gunting.

AM menusukkannya ke leher korban, "Karena masih ada perlawanan, korban memukulkan kursi ke kepala korban," ujar Nico.

AM yang panik langsung meninggalkan korban dalam posisi bersimbah darah. AM sempat pulang ke kontrakan dan bilang ke keluarga, dia baru berkelahi dengan rekannya.

Lantas, ia mengaku, membutuhkan waktu merenung. Dan melarikan diri ke Bogor, "Pelaku kami tangkap di Bogor," ujar Nico.

Atas perbuatannya, AM dijerat Pasal 338 KUHP karena dengan sengaja merampas nyawa orang lain, "Dengan ancaman maksimal 20 tahun," ujar Nico.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan