Polemik Yerusalem
PBNU Berharap Negara Islam yang Tergabung Dalam OKI Bisa Lebih Kompak
"Keterbelahan sikap negara-negara Islam yang tergabung dalam OKI, dalam merespon manuver AS terkait penetapan Yerusalem sebagai ibukota Israel,"

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Siraj, menyebut negara-negara Islam atau negara yang mayoritas penduduknya Islam yang ada di dunia belum kompak .
Hal tesebut diungkapkannya menyikapi pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump soal Yerusalem.
Dalam menyikapi hal itu, menurut dia, setiap negara Islam maupun yang mayoritas penduduknya umat Islam yang tergabung dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI) tidak bisa mengambil langkah yang sama.
Baca: Berawal Kenal di Facebook, Ibu 9 Anak Ini Kepincut Pria Asal Afrika, Suami Ditinggalkan
Walaupun mereka semua menyatakan menentang pernyataan Donald Trump yang menganggap Yerusalem sebagai ibukota Israel.
"Keterbelahan sikap negara-negara Islam yang tergabung dalam OKI, dalam merespon manuver AS terkait penetapan Yerusalem sebagai ibukota Israel, menandakan lemahnya solidaritas akibat kurangnya dialog," ujar Said Aqil Siraj dalam pembacaan Muahasaba 2017, di kantor PBNU, Jakarta Pusat, Rabu (3/1/2017).
Baca: Menteri PUPR: PT PAL Bisa Buat Kapal Perang dan Kapal Selam, Tentu Mampu Buat Jembatan
Tidak hanya terkait Yerusalem, dalam konflik yang terjadi di sejumlah negara Islam maupun negara yang meyoritas penduduknya Islam seperti Suriah, Iran, dan Yaman dinilai tidak solid.
Ia berharap ke depannya negara-negara yang tergabung dalam OKI, bisa lebih kompak lagi.
Polemik Yerusalem
-
Presiden Trump Bantah Akan Pindahkan Kedubes AS ke Yerusalem Tahun Ini
-
Inilah Sosok Remaja Palestina Pertama yang Ditembak Mati Israel di Tahun 2018
-
Tak Puas Klaim Yerusalem, Trump Tebar Ancaman 'Mengerikan' untuk Rakyat Palestina
-
Tangkap Remaja Palestina Ahed Tamimi, Ternyata ini Misi 'Terselubung' Israel
-
Palestina Pulangkan Husam Zomlot, Perwakilan PLO di Amerika Serikat