Pilpres 2019
Mahfud MD Dukung Semua Nama Cawapres
Nama mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Prof Dr Mohammad Mahfud MD (60) semakin banyak disebut dan dijagokan sebagai calon wakil Presiden 2019.
Editor:
Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nama mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Prof Dr Mohammad Mahfud MD (60) semakin banyak disebut dan dijagokan sebagai calon wakil Presiden (cawapres) 2019.
Selain massif di dunia medsos namanya juga sudah selalu muncul di pemberitaan televisi dan media cetak.
Banyak juga parpol yang sudah menyebut namanya sebagai salah satu cawapres yang diperbincangkan.
Meskipun begitu Ketua Umum Asosiasi Pengajar Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara se-Indonesia (APHTN-HAN) itu tidak lantas jumawa.
Dia menanggapi itu semua dengan rileks, tidak menggebu-gebu, bicaranya tetap cool.
Baca: Budiono Sempat Bersitegang saat Kaos Loreng Beratribut TNI yang Dipakainya Disita Polisi Militer
Bahkan di dunia medsos diberitakan bahwa Mahfud MD mendukung Tuan Guru Bajang (TGB) untuk menjadi cawapres alternatif.
Khusus kepada Tribunnews.com, Mahfud MD menjelaskan bahwa dukungannya kepada TGB itu benar.
"Benar saya setuju TGB menjadi alernatif cawapres, bahkan kalau perlu capres. Dia itu amanah dan fathonah. Amanah bisa dipercaya, fathonah adalah kapabel. Sebelum itu saya juga mendukung calon-calon lain yang bagus seperti Sri Mulyani, Puan Maharani, Susi Pujiastuti, Khofifah, dan lain-lain. Kalau mau yang agak senior ada Luhut Panjaitan dan Wiranto. Semua itu kita dukung untuk menjadi alternatif agar Indonesia semakin baik," kata Mahfud.
Ketika ditanya, apakah dirinya juga mendukung Muhaimin Iskandar, Mahfud dengan cepat mengiyakan.
Baca: Kasus Penembakan Mobil Pejabat Pemkot Surabaya Mulai Terkuak, Semua Berawal dari Surat Bantib
"Pasti dong. Seorang ketua parpol seperti Mas Muhaimin kapasitasnya pasti oke sehingga berhak dan layak untuk menjadi cawapres maupun capres. Begitu juga Pak Zulkifli Hasan dan Pak Romahurmuzy. Pokoknya semua yang muncul dan dimunculkan di media massa dan survei-survei itu layak untuk ikut memimpin Indonesia. Mereka punya kelebihannya masing-masing," imbuhnya.
Saat ditanya tentang kesiapan dirinya untuk menjadi cawapres, tokoh yang sangat dekat dengan Gus Dur ini menjawab lugas.
"Saya tidak ingin tetapi bukan tidak mau," katanya.