Pilpres 2019
Elite Demokrat: Survei Litbang Kompas Masih Buat Kami Sedih Dan Kecewa
Partai Demokrat masih belum puas dengan perolehan elektabilitas 4,6 persen dalam hasil survei Litbang Kompas
Penulis:
Srihandriatmo Malau
Editor:
Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Partai Demokrat masih belum puas dengan perolehan elektabilitas 4,6 persen dalam hasil survei Litbang Kompas 22 Februari-5 Maret. Karena masih belum sesuai ekspektasi.
Demikian disampaikan Ketua DPP Demokrat, Ferdinand Hutahaean kepada Tribunnews.com, Kamis (21/3/2019).
"Survei Litbang Kompas tersebut memang masih membuat kami sedih dan kecewa," ujar Ferdinand Hutahaean.
Namun demikian, menurut Ferdinand Hutahaean, hasil survei ini akan menjadi penyemangat untuk semua kader dan simpatisan Demokrat untuk terus bergerak dan meraih target suara 10-15 persen di Pileg 2019 mendatang.
Semua kader partai yang dipimpin Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu akan berjuang untuk membuktikan dan menunjukkan kepada publik, Demokrat masih menjadi partai yang diperhitungkan dalam politik nasional Indonesia.
"Survei itu membuat kita justru semakin semangat untuk semakin bergerak. Pun untuk menunjukkan partai Demokrat itu masih menjadi partai yang besar dan pernah menjadi pemenang pemilu yang akan cukup diperhitungkan di kancah politik nasional," ucap Ferdinand Hutahaean.
Sisa waktu kurang satu bulan ini, imbuh dia, masih cukup bagi Demokrat dengan semua elemen di dalamnya untuk mencapai target yang telah diputuskan DPP.
Baca: Jokowi Minta Warga Bogor Tak Percayai Pemerintah Akan Hapus Pendidikan Agama
"Kami tetap optimis hasil akhir nanti kita akan bisa meraih setidak-tidaknya target 10-15 persen. Dan kita optimis bisa meraih itu dengan kekuatan yang kita miliki," tegasnya.
Survei Litbang Kompas
Hasil survei Litbang Kompas 22 Februari-5 Maret menunjukkan elektabilitas Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Partai Gerindra masih yang paling tinggi ketimbang partai politik peserta pemilu lainnya.
PDI-P sebagai partai pemenang Pemilu 2014 dipilih oleh 26,9 persen responden.
"Jika dalam satu bulan ke depan potensi elektabilitas ini tidak ada perubahan, boleh jadi PDI-P akan mencatatkan diri sebagai parpol pertama yang bisa memenangi pemilu untuk kedua kali berturut-turut sejak era reformasi ini," tulis peneliti Litbang Kompas, Yohan Wahyu, dikutip dari harian Kompas, Kamis (21/3/2019).
Kendati demikian, peluang PDI-P menjadi juara bertahan akan tetap dibayangi oleh parpol lain, terutama Partai Gerindra. Partai Gerindra yang juga merupakan rival PDI-P di pemilihan presiden dipilih oleh 17 persen responden.
Wahyu menyebut tingginya elektabilitas PDI-P dan Gerindra disebabkan efek ekor jas dari sosok kedua capres yang selama ini melekat dengan parpol itu, yaitu Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
"Parpol yang tidak seberuntung PDI-P dan Gerindra harus berpikir keras untuk mendapatkan insentif elektoral di pileg saat mendukung pasangan calon di pilpres," kata Wahyu.