Nyadran di Makam Sewu Bantul, Tradisi Budaya yang Didasari Tuntunan Agama
Terlihat hadir di Pendopo Makam Sewu, Wakil Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih. Ia mengenakan kopiah hitam dan pakaian hijau linmas
Editor:
Sugiyarto
Jodhang yang dikirab oleh prajurit berbentuk kotak dan dipikul oleh empat orang. Di dalam Jodhang ini berisi aneka macam makanan. Ada nasi gurih, lauk pauk, apem, gedang rejo dan ingkung.
Sampai di Pendopo Makam Sewu, Jodhang beserta keenam gunungan itu langsung diserahkan kepada tokoh agama untuk didoakan.
Ketua Panitia Nyadran makam sewu, Hariyadi menjelaskan, tradisi nyadran Makam Sewu merupakan tradisi masyarakat Wijirejo dan sekitarnya sebagai bagian birrul walidain, tanda bakti kepada orang tua dan leluhur.
"Tradisi ini diadakan setiap tahun. Bulannya bulan Ruwah, tanggalnya 20 keatas dan dilakukan setiap hari Senin. Tradisi ini sebagai tanda bakti kepada orang tua (birrul walidain) dan kepada leluhur," tuturnya. (tribunjogja)