Minggu, 17 Agustus 2025

Erupsi Gunung Anak Krakatau

4 Fakta Terbaru Potensi Tsunami Susulan Setelah Ditemukannya Retakan Baru Gunung Anak Krakatau

4 Fakta Terbaru Potensi Tsunami Susulan Setelah di Temukannya Retakan Baru Gunung Anak Krakatau,Ditemukan Pendangkalan Dasar Laut hingga Cuaca Terbaru

Penulis: Umar Agus W
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
Tribunnews/JEPRIMA
Aktivitas Erupsi gunung anak krakatau terlihat dari KRI Torani 860 di perairan Selat Sunda, Banten, Kamis (27/12/2018). Petugas pos pengamatan anak gunung Krakatau mencatat ada sembilan kali letusan dalam satu menit, jumlah ini menurun dibandingkan hari sebelumnya yang terjadi letusan 14 kali per menit. (Tribunnews/Jeprima) 

Fakta Terbaru Potensi Tsunami Susulan Setelah di Temukannya Retakan Baru Gunung Anak Krakatau

TRIBUNNEWS.COM - Masyarakat diimbau untuk waspada terkait adanya potenis tsunami susulan setelah di temukannya retakan baru di Gunung Anak Krakatau (GAK).

Selain hal tersebut Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) menemukan pendangkalan dasar laut dan adanya perubahan bentuk morfologi Gunung Anak Krakatau.

Hal itu ditemukan setelah KRI Rigel-933 melakukan survei hidro-oseanografi dan investigasi di area longsoran Gunung Anak Krakatau, pascaerupsi dan longsoran yang menyebabkan tsunami di perairan Selat Sunda, Sabtu (22/12/2018) beberapa waktu lalu.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam akun Twitternya @dwiko_rita pun terus mengupdate kondisi cuaca dan sebaran debu vulkanik Gunung Krakatau setiap jam.

Berikut ini fakta terbaru potensi tsunami susulan setelah di temukannya retakan baru di Gunung Anak Krakatau.

1. Gunung Anak Krakatau Menyusut

Membandingkan kekuatan letusan gunung Krakatau dan Tambora yang sama-sama guncang dunia pada abad ke 19
Membandingkan kekuatan letusan gunung Krakatau dan Tambora yang sama-sama guncang dunia pada abad ke 19 (Twitter @Sutopo_PN/KOMPAS (AGUS SUSANTO))

Gunung Anak Krakatau yang sebelumnya setinggi 338 meter di atas permukaan laut (mdpl) menyusut menjadi 110 mdpl.

Hal itu dikatakan oleh Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, saat mengutip dari kompas.com.

"Pantauan terbaru kami lewat udara, gunung sudah landai, asap mengepul dari bawah air laut."

"Tapi di badan gunung yang tersisa di permukaan, ada celah yang mengepul terus mengeluarkan asap, celah itu pastinya dalam, bukan celah biasa," kata Dwikorita, mengutip sumber yang sama.

2. Retakan Baru Gunung Anak Krakatau akibat Getaran tinggi.

Aktivitas Erupsi gunung anak krakatau terlihat dari KRI Torani 860 di perairan Selat Sunda, Banten, Kamis (27/12/2018). Petugas pos pengamatan anak gunung Krakatau mencatat ada sembilan kali letusan dalam satu menit, jumlah ini menurun dibandingkan hari sebelumnya yang terjadi letusan 14 kali per menit. (Tribunnews/Jeprima)
Aktivitas Erupsi gunung anak krakatau terlihat dari KRI Torani 860 di perairan Selat Sunda, Banten, Kamis (27/12/2018). Petugas pos pengamatan anak gunung Krakatau mencatat ada sembilan kali letusan dalam satu menit, jumlah ini menurun dibandingkan hari sebelumnya yang terjadi letusan 14 kali per menit. (Tribunnews/Jeprima) (Tribunnews/JEPRIMA)

Dwikorita menyebutkan terjadi retakan baru dalam satu garis lurus di satu sisi badan Gunung Anak Krakatau yang diduga akibat getaran tinggi saat terjadi erupsi.

Mengutip dari Tribunnews, Adanya retakan tersebut dikhawatirkan kembali menyebabkan longsor yang dapat berdampak tsunami.

"Yang kami khawatirkan di bawah laut curam, di atas landai. Jika retakan tersambung, lalu ada getaran, ini bisa terdorong, dan bisa roboh (longsor)," ujar dia.

Bagian badan gunung yang diduga akan longsor karena retakan tersebut, bervolume 67 juta kubik dengan panjang sekitar 1 kilometer.

Baca: Mengamati 24 Jam Aktivitas Anak Gunung Krakatau, Kushendratno Temukan Keunikan Ini

Volume tersebut lebih kecil dari longsoran yang menyebabkan tsunami pada 22 Desember 2018 lalu, yakni sekitar 90 juta kibik.

"Jika ada potensi tsunami, tentu harapannya tidak seperti yang kemarin, namun kami meminta masyarakat untuk waspada saat berada di zona 500 meter di sekitar pantai," kata dia.

3. Ditemukan Pendangkalan Dasar Laut dan Kawah Baru Pasca-Erupsi Gunung Anak Krakatau

Anggota TNI saat melakukan pemantauan aktivitas erupsi gunung anak krakatau terlihat dari KRI Torani 860 di perairan Selat Sunda, Banten, Kamis (27/12/2018). Petugas pos pengamatan anak gunung Krakatau mencatat ada sembilan kali letusan dalam satu menit, jumlah ini menurun dibandingkan hari sebelumnya yang terjadi letusan 14 kali per menit. (Tribunnews/Jeprima)
Anggota TNI saat melakukan pemantauan aktivitas erupsi gunung anak krakatau terlihat dari KRI Torani 860 di perairan Selat Sunda, Banten, Kamis (27/12/2018). Petugas pos pengamatan anak gunung Krakatau mencatat ada sembilan kali letusan dalam satu menit, jumlah ini menurun dibandingkan hari sebelumnya yang terjadi letusan 14 kali per menit. (Tribunnews/Jeprima) (Tribunnews/JEPRIMA)

Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) menemukan pendangkalan dasar laut dan adanya perubahan bentuk morfologi Gunung Anak Krakatau.

Mengutip dari Tribun Jakarat, Hal itu ditemukan setelah KRI Rigel-933 melakukan survei hidro-oseanografi dan investigasi di area longsoran Gunung Anak Krakatau, pascaerupsi dan longsoran yang menyebabkan tsunami di perairan Selat Sunda, Sabtu (22/12/2018).

Baca: Tinggi Anak Gunung Krakatau Menyusut Pasca Erupsi, dari 338 MDPL Kini Hanya 110 MDPL

Selain itu, dengan pengamatan visual radar dan analisis dari citra ditemukan perubahan morfologi bentuk Anak Gunung Krakatau pada sisi sebelah barat seluas 401.000 meter persegi atau lebih kurang sepertiga bagian lereng sudah hilang dan menjadi cekungan kawah menyerupai teluk.

"Pada cekungan kawah ini masih dijumpai semburan magma gunung anak Krakatau yang berasal dari bawah air laut," ujar Harjo dalam keterangannya, Selasa (2/1/2019).

4. Kondisi Cuaca dan Arah Sebaran Abu Vulkanik

Aktivitas Gunung Anak Krakatau
Aktivitas Gunung Anak Krakatau (Dokumentasi Pokdarwis Pulau Sebesi)

Kondisi cuaca dan sebaran debu vulkanik Gunung Anak Krakatau terus dalam pemantauan Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam akun Twitternya @dwiko_rita pun terus mengupdate kondisi cuaca dan sebaran debu vulkanik Gunung Krakatau setiap jam.

Update kondisi terbaru adalah pada Rabu (2/1/2019) pukul 15.00 WIB.

Data yang diunggah Dwikorita dalam akun Twitter-nya, ditampilkan hasil tangkapan cuaca dari Citra Satelit Himawari dan Citra Radar Cuaca.

Lalu, ada tiga poin yang diumumkan dari hasil rangkuman analisis kedua grafik tersebut.

Baca: 6 Fakta Gunung Krakatau, Seperti Puluhan Ribu Kali Bom Atom Hingga 3 Hari Tak Ada Sinar Matahari

Pertama, pukul 15.00 WIB terpantau ketinggian sebaran debu vulkanik Gunung Anak Krakatau sekitar 4 kilometer di atas permukaan laut.

Arah pergerakan debu vulkanik mengarah ke Timur-Selatan.

Sementara, kondisi cuaca terpantau hujan dengan intensitas ringan hingga sedang di wilayah pandeglang dan lebak.

Ketiga, nihil peringatan dini.

(Tribunnews.com/ Umar Agus W)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan