Mahasiswa UNHAS Manfaatkan Lalat Buah untuk Temukan Terapi Alami Kecanduan Alkohol
Mahasiswa UNHAS riset inovatif menggunakan lalat buah untuk menguji potensi teh hijau sebagai terapi alami bagi penderita kecanduan alkohol.
TRIBUNNEWS.COM - Kecanduan alkohol atau Alcohol Use Disorder (AUD) masih menjadi persoalan kesehatan masyarakat yang kerap diabaikan. Meski kasusnya meningkat, terutama di kalangan muda, penanganan medis dan sosial terhadap gangguan ini masih menghadapi banyak tantangan. Terapi komunitas yang menjadi pendekatan utama sering kali membutuhkan waktu panjang dan tingkat keberhasilannya belum optimal. Sementara itu, obat-obatan medis yang digunakan kerap menimbulkan efek samping pada organ vital seperti hati dan jantung.
Melihat kesenjangan itu, sekelompok mahasiswa Universitas Hasanuddin (Unhas) yang menamakan diri mereka Tim CAMAPHILA, mencoba menempuh jalan berbeda. Melalui Program Kreativitas Mahasiswa–Riset Eksakta (PKM-RE), mereka memanfaatkan lalat buah (Drosophila melanogaster) untuk menguji potensi teh hijau sebagai alternatif terapi alami bagi penderita AUD.
Langkah ini tergolong berani. Dalam riset biomedis, penggunaan lalat buah jarang diasosiasikan dengan studi perilaku adiktif. Namun bagi tim Unhas, justru di situlah daya tembusnya: metode yang sederhana, efisien, dan dapat menjadi jembatan menuju penelitian yang lebih kompleks di masa depan.
Teh Hijau dan Gen yang Mengatur Perilaku Adiktif
Teh hijau telah lama dikenal kaya akan antioksidan. Salah satu senyawanya, epigallocatechin gallate (EGCG), terbukti berperan dalam melindungi sel saraf dan mengatur metabolisme. Dalam riset berjudul Eksplorasi Sirt1 sebagai Target Molekuler Camellia sinensis dalam Terapi Alcohol Use DisordersMenggunakan Platform In Vivo Drosophila melanogaster, para peneliti muda ini menyoroti kemampuannya dalam mengaktifkan gen Sirt1, gen yang berperan penting dalam pengendalian stres oksidatif dan perilaku adiktif.
“Selama ini terapi kecanduan alkohol lebih banyak berfokus pada perilaku, sementara aspek molekuler dan biologisnya sering diabaikan. Kami ingin melihat bagaimana bahan alami seperti teh hijau bisa memengaruhi mekanisme biologis yang berperan dalam kecanduan,” ujar Julrycola Sitepu, ketua tim riset.
Baca juga: Prakiraan Cuaca Makassar Sabtu, 11 Oktober 2025: Hujan Guyur 2 Kecamatan

Model Lalat Buah: Kecil, Cepat, dan Relevan
Alih-alih menggunakan tikus, tim CAMAPHILA memilih lalat buah — organisme mungil yang ternyata memiliki kemiripan genetik hingga 75 persen dengan manusia, termasuk gen yang terlibat dalam sistem saraf dan respons terhadap zat adiktif. Selain mudah dikembangbiakkan, lalat buah memungkinkan eksperimen dilakukan lebih cepat, murah, dan tanpa melibatkan izin etik penelitian hewan.
Dalam eksperimen, lalat buah diberi pakan mengandung alkohol hingga menunjukkan tanda-tanda kecanduan. Setelah itu, ekstrak teh hijau diberikan untuk melihat efeknya. Hasilnya cukup menjanjikan: lalat buah yang diberi ekstrak teh hijau menunjukkan penurunan ketertarikan terhadap alkohol dan peningkatan daya tahan hidup.
Arah Baru Penelitian Terapi Komplementer
Riset yang didanai melalui hibah Belmawa (Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan) Kemendiktisaintek ini masih bersifat awal, namun membuka peluang besar untuk riset lanjutan. Pendekatan ini dapat menjadi tahap pra-klinis dalam penyaringan bahan alam sebelum diuji pada mamalia, menghemat waktu dan biaya tanpa mengurangi validitas hasil.
“Bagi kami, penelitian ini bukan sekadar tentang teh hijau atau lalat buah. Ini tentang cara baru memahami kecanduan alkohol melalui pendekatan ilmiah yang lebih efisien, aman, dan etis,” kata Julrycola, yang juga merupakan penerima beasiswa TELADAN Tanoto Foundation.
“Jika dikembangkan lebih lanjut, penelitian ini dapat menjadi fondasi bagi terapi komplementer berbasis bahan alam yang lebih aman bagi penderita AUD. Di tengah meningkatnya tantangan kesehatan mental dan perilaku akibat konsumsi alkohol, inovasi dari laboratorium mahasiswa ini menunjukkan bahwa solusi besar bisa lahir dari sesuatu yang tampak sederhana — seekor lalat buah di bawah mikroskop,” tutup Julrycola.
Tim CAMAPHILA sendiri beranggotakan lima mahasiswa Universitas Hasanuddin, yaitu Julrycola Sitepu, Annisa Nur Mutmainnah, Andi Nadhifah Qurratu’ain, Andi Tantya Widya Warapsari, dan Istar Al-Fatih Malik Nur. Tim ini juga didampingi langsung oleh dosen pendamping, Prof. Firzan Nainu, S.Si., M.Si., M.Biomed.Sc., Ph.D., Apt.
Program Kreativitas Mahasiswa–Riset Eksakta (PKM-RE) adalah program dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) yang mewadahi mahasiswa untuk melakukan penelitian ilmiah di bidang sains dan teknologi. PKM-RE bertujuan untuk mengungkap hubungan sebab-akibat atau fenomena melalui pendekatan eksperimental, mendorong pengembangan solusi baru yang aplikatif, serta meningkatkan kreativitas mahasiswa dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Baca juga: Prof Budu Antusias Sambut Seruan Mendiktisaintek: Unhas Siap
Kesaksian Warga Terkait Dugaan Meteor Jatuh di Cirebon: Dentuman Keras, Kaca Rumah Bergetar |
![]() |
---|
Jadi Pusat Desain dan Inovasi Manufaktur Regional, Posisi Indonesia Makin Diperhitungkan |
![]() |
---|
Inovasi Brilian! Dua Siswi SMA Asal Cilacap Jateng Buat Ompreng Pendeteksi Keracunan MBG |
![]() |
---|
Regulator dan Komunitas Dorong Pengembangan Inovasi Teknologi Berbasis Blockchain |
![]() |
---|
Melalui GoZero Bandung, Telkom Gerakkan Karyawan Lahirkan Inovasi Pengolahan Sampah |
![]() |
---|