Eka Kurniawan Dipuji Sebagai Wajah Baru Dalam Sastra Dunia
Novelis Eka Kurniawan disebut sebagai "Wajah Baru dalam Kesusastraan Dunia" menyusul penerbitan novelnya dalam Bahasa Inggris, Beauty…
Novelis Eka Kurniawan disebut sebagai "Wajah Baru dalam Kesusastraan Dunia" menyusul penerbitan novelnya dalam Bahasa Inggris, Beauty Is A Wound. Sejak pekan lalu ia berada di Australia, menghadiri festival penulis di Melbourne dan Brisbane.
Penyebutan itu disampaikan oleh The Text Publishing Company yang menerbitkan Cantik Itu Luka ke dalam Bahasa Inggris di Australia. Novel karya Eka di awal tahun 2000-an ini diterjemahkan oleh Annie Tucker dan secara bersamaan juga diterbitkan di Amerika.
Menjelang tampil di Melbourne Writers Festival, Eka diwawancara oleh Jewel Topsfield, wartawan kelompok media Fairfax di Indonesia. Topsfield memberi judul tulisannya dengan "Eka Kurniawan a successor to Indonesia's greatest writer, Pramoedya Ananta Toer".
Julukan itu sebenarnya berasal dari ahli Indonesia Benedict Anderson, yang menyatakan bahwa setelah setengah abad, Pramoedya Ananta Toer, salah satu penulis terbesar Indonesia, kini telah mendapatkan penerusnya.
Dari dalam negeri pun, Eka telah diprediksikan oleh The Jakarta Post sebagai penulis hebat. Saat novel Cantik Itu Luka terbit tahun 2002 oleh AKY Press dan Penerbit Jendela, Yogyakarta, suratkabar itu menyebut Eka "akan menjadi salah satu penulis berpengaruh di tanah air".
Novel "Beauty is a wound" karya Eka Kurniawan yang diterbitkan Text Publishing di Australia. (Foto: ABC/Farid M. Ibrahim)
Dalam perbincangan lepas dengan Farid M. Ibrahim dari ABC hari Sabtu (29/8/2015) malam, Eka menjelaskan novel itu lahir sebagai hasil dari proses permagangan penulis yang pernah dia ikuti di Yogyakarta.
Proses permagangan yang dilaksanakan oleh Insist Yogyakarta itu kabarnya berhasil menelurkan sejumlah novel. "Dan salah satunya adalah Cantik Itu Luka," ujar Eka dalam perbincangan di rumah salah seorang warga Indonesia di Melbourne.
Penerbit Text Publishing sendiri melakukan interview dengan Eka untuk menyambut penerbitan novel setebal hampir 500 halaman itu di Australia.
Wawancara dilakukan oleh Alice Lewinsky, yang menanyakan bagaimana Eka merasa dan menanggapi, dirinya diperbandingkan dengan penulis besar seperti Pramoedya dan Gabriel Garcia Marquez.
"Biasanya saya tak menjawab pertanyaan demikian," ujar Eka.
"Semua penulis sama saja. Pramoedya sendiri pernah dibandingkan dengan Maxim Gorky atau Steinbeck, dan Marquez disetarakan dengan William Faulkner atau Juan Rulfo. Hal ini bukan sesuatu yang membanggakan tapi juga tidak mengganggu. Saya kira itu hanya cara sederhana untuk memahami penulis," katanya.
Eka Kurniawan tampil dalam Melbourne Writers Festival 2015. Ia juga dijadwalkan tampil di Brisbane Writers Festival pekan ini. (Foto: Istimewa/Ratih Kumala)