Pengakuan Anak-anak Teroris ISIS Asal Australia
Anak-anak teroris ISIS asal Australia Khaled Sharrouf yang kini berada dalam kamp pengungsi di Suriah menyatakan ingin pulang ke negaranya.…
Sementara Hoda sejak awal dia sudah ingin pergi dari sana tetapi tidak diizinkan.
"Saat ibu bilang kami berada di Suriah, saya mulai menangis. Saya selalu minta pulang," katanya.
"Saya pikir bisa keluar kapan saja, tetapi tidak bisa. Begitu kita masuk, kita terjebak," tambahnya.
Hoda menggambarkan hari-hari terakhir di Kota Baghouz, ketika pasukan Kurdi dan pesawat militer AS perlahan-lahan memusnahkan pertahanan terakhir ISIS itu.
Keluarga itu tinggal di dalam parit perlindungan ketika terjadi tembak-menembak di sekitar mereka.
Saat gencatan senjata diumumkan, Hoda melarikan diri, berharap saudara-saudaranya akan mengikuti.
"Sangat sulit berjalan ke atas gunung," kata Hoda, yang tertembak kaki kirinya 18 bulan lalu.
Zaynab mengatakan pelarian tersebut merupakan perjalanan terburuk dalam hidupnya.
Dia menceritakan menghabiskan malam-malam dingin di padang pasir, bertemu tentara AS yang berjanji akan memperlakukan mereka dengan baik karena mereka orang Australia.
Tapi mereka ditinggalkan di gurun tanpa selimut untuk anak-anaknya, Aisyah dan Fatimah. Barulah keesokan paginya mereka dibawa ke kamp pengungsi.
"Kami tak punya popok untuk Fatimah saat itu," katanya. "Dia kedinginan dan sakit."
"Saya merasa akan mati kedinginan, akan mati di truk ini bersama anak-anakku," ujar Zaynab.
Pemerintah Australia menegaskan tidak akan mengevakuasi anak-anak Australia yang keluarganya bergabung ISIS.
Namun sang nenek Karen Nettleton diberitahu jika dia bisa mengeluarkan cucu-cucunya itu dari Suriah, pemerintah Australia akan membantu mereka pada titik itu.
Lihat artikel selengkapnya dalam bahasa Inggris di sini
Simak berita lainnya dari ABC Indonesia.