Anak di Bawah Umur Kini Ikut Jadi Pejuang Papua Merdeka
Konflik bersenjata berkepanjangan antara militer Indonesia dan Organisasi Papua Merdeka (OPM) kini melibatkan remaja yang masih di…
Sebuah video di daerah yang sama awal tahun ini menunjukkan anak-anak yang sama, satu memegang senapan, serta remaja lainnya di antara sekitar 40 pria bersenjata yang mendengarkan pidato tentang kemenangan militer mereka sejak 2017.
Dalam video tersebut Ekianus Kogeya, berusia 19 tahun pada bulan Mei, digambarkan oleh WPLA sebagai Brigadir Jenderal dan komandan di Nduga. Dia mengambilalih posisi ini dari ayahnya Silas Elmin Kogeya, yang meninggal beberapa tahun lalu.
Tidak jelas berapa banyak remaja yang terlibat langsung dalam konflik bersenjata serta apa peran mereka. Namun diperkirakan setidaknya melibatkan puluhan orang.
Victor Mambor, editor media Tabloid Jubi, kepada AP mengaku pernah dihubungi oleh 20 pejuang WPLA pada Januari ketika melaporkan krisis kemanusiaan di Nduga.
Ribuan warga sipil saat itu terlantar akibat tindakan keras aparat keamanan RI sebagai tanggapan atas serangan pada Desember yang menewaskan 19 pekerja konstruksi di sana.
Kelompok itu adalah tiga perempat remaja putra, sekitar 15-16 tahun, katanya.
"Kelompok ini tidak banyak bicara. Mereka mengaku bukan penjahat, bukan teroris, hanya berjuang untuk rakyatnya," kata Victor seraya menambahkan sebagian besar kelompok ini berusoa sekitar 15 atau 16 tahun.
"Para remaja ini tak memiliki harapan di tanah mereka sendiri," katanya.
"Tak ada pekerjaan bagi mereka setelah tamat sekolah. Banyak tentara di desanya. Mungkin satu-satunya harapan hidup mereka adalah mengangkat senjata," kata Victor Mambor.
Sejumlah pihak menyebut anak di bawah umur biasanya direkrut secara paksa tapi juga ada yang bergabung kelompok bersenjata karena tekanan budaya, untuk perlindungan atau demi uang akibat kemiskinan yang menyedihkan.
Disebutkan, anak-anak dalam konflik, baik sebagai kombatan atau dalam peran lainnya, berisiko dilecehkan, dibunuh atau cacat. Mereka yang selamat pun bisa menderita masalah psikologis dan sosial yang mendalam.
Dataran rendah didominasi pendatang
Laporan tahuan Sekjen PBB tentang negara-negara dan kelompok bersenjata yang menggunakan tentara di bawah umur tidak menyebutkan OPM. Perhatian dunia internasional ke Papua saat ini berada di level yang sanghat rendah.
Pemerintahan Joko Widodo melakukan pembatasan terhadap jurnalis dan organisasi asing beroperasi di kawasan ini sehingga membuatnya semakin tersembunyi dari perhatian dunia.
Papua mencakup hampir seperempat dari luas daratan Indonesia dan kaya dengan hutan tropis dan sumber daya mineral, termasuk salah satu tambang emas dan tembaga terbesar di dunia, Freeport.
Sebagian besar wilayah Papua tetap berada di luar kendali Pemerintah Indonesia karena faktor keterpencilan, medan yang bergunung-gunung, serta hutan lebat.