Anak di Bawah Umur Kini Ikut Jadi Pejuang Papua Merdeka
Konflik bersenjata berkepanjangan antara militer Indonesia dan Organisasi Papua Merdeka (OPM) kini melibatkan remaja yang masih di…
Masuknya pendatang dari bagian lain Indonesia membuat penduduk asli Papua menjadi terpinggirkan secara ekonomi dan politik di beberapa daerah dataran rendah.
Tapi daerah dataran tinggi yang luasnya seukuran Inggris masih dihuni terutama oleh orang Papua asli.
Upaya Pemerintahan Jokowi menerabas "benteng hutan" itu melalui pembangunan jalan raya trans-Papua telah menjadi titik api baru bagi konflik bersenjata.
Jalan raya tersebut berpotensi sebagai ancaman eksistensial bagi penduduk asli Papua yang telah menderita tingginya kematian bayi, kelaparan, penyebaran HIV/AIDS dan jumlah kematian yang tidak diketahui dari operasi militer Indonesia sejak 1960-an.
Aktivis Papua khawatir jalan raya yang kerap dibanggakan Pemerintah Indonesia ini bukannya akan menghasilkan pembangunan ekonomi melainkan menjadi perampasan total tanah mereka.
Sebby Sambom, yang menyebut tentara di bawah umur sebagai "anak-anak" dan "pemuda," mengatakan mereka itu tumbuh di hutan, memiliki "pengalaman pahit karena operasi militer brutal" dan otomatis menjadi pejuang.
"Situasi ini berlaku di semua dataran tinggi tengah Papua, yang merupakan daerah konflik perang," katanya melalui email.
"Mereka tumbuh menjadi pejuang kemerdekaan Papua, melanjutkan perjuangan orangtua mereka."
Dalam wawancara telepon, ia tidak berapa jumlah remaja atau kombatan anak-anak serta apa peran mereka dalam pasukan.
Dia hanya mengatakan anak-anak itu tidak bersekolah, sebagian karena mereka takut diculik atau dibunuh oleh militer Indonesia.
Juru bicara militer Indonesia di Papua, Muhammad Aidi, mengatakan pejuang Papua yang terbunuh oleh pasukan Indonesia sebagian besar berusia 20-40 tahun.
Dia mengaku belum melihat bukti langsung adanya kombatan anak-anak tetapi di beberapa daerah terpencil anak-anak memang ingin bergabung dengan WPLA.
"Jika kita bertanya kepada anak-anak di Mapenduma tentang cita-cita mereka, jawaban mereka adalah menjadi pejuang OPM (Organisasi Papua Merdeka)," katanya. "Karena mereka tidak tahu dunia luar."
Muhammad Aidi mengatakan siapa pun di bawah 18 yang menyerang pasukan keamanan Indonesia dengan senjata tidak akan dikecualikan.
"Ancamannya sama dengan orang dewasa yang bisa membunuh kita dengan senjata mereka," katanya.
AP/ABC