Jumat, 5 September 2025
ABC World

Sebuah Galeri Seni di Sydney Mengembalikan Artefak Berusia Ratusan Tahun ke Nepal

Negara-negara barat sepertinya semakin sadar jika beberapa barang-barang dan karya seni yang dipamerkan di galeri dan museum mereka…

Ukiran kayu berusia 800 tahun dikembalikan ke salah satu kuil tertua di Nepal, setelah dicuri hampir 50 tahun.

Ukiran kayu dengan panjang 1,3 meter itu dipercaya sebagai salah satu penopang di kuil tua dan sudah dipamerkan di Art Gallery of New South Wales (AGNSW) sejak tahun 2000.

Kemarin, pihak galeri memulangkannya dengan disambut upacara ritual yang digelar di dekat kawasan Kathmandu, kemarin.

Pada tahun 2001, pihak galeri diberi tahu jika artefak tersebut kemungkinan besar adalah hasil curian dari Kuil Ratneshwar, yang terletak di kota bersejarah Patan.

Karya tersebut diyakini dicuri pada tahun 1975, meskipun beberapa catatan menunjukan karya tersebut dicuri saat terjadi penjarahan di daerah Patan pada tahun 1980-an.

Bagaimana ukiran itu berakhir menjadi koleksi yang dipamerkan di Art Gallery of New South Wales tetap menjadi misteri.

Memakan waktu yang lama

Direktur Art Gallery of New South Wales, Michael Brand melakukan perjalanan ke Nepal untuk menghadiri upacara di Lembah Kathmandu.

"Jadi hari yang sangat istimewa bagi kolega dan teman-teman kami di Nepal karena ukiran ini sekarang kembali ke Patan," kata Dr Brand.

Ia mengaku jika waktu mengembalikan artefak tersebut termasuk lama, karena butuh waktu 20 tahun.

Menurutnya ada beberapa "peristiwa" yang terjadi di Nepal, termasuk gempa bumi dan pergantian pemerintahan.

"Ini memang memakan waktu yang lebih lama dari biasanya, tapi karena informasi yang kita miliki menjadi lebih mudah."

Profesor Erin Thompson, pakar kejahatan terhadap benda-benda seni dari City University of New York, pernah melacak kasus ini dan mengatakan masalah waktu biasanya jadi alasan yang digunakan museum dan galeri.

"Jika menurut mereka kondisinya tidak tepat, mengapa mereka tidak membantu memperbaikinya, malah menyimpannya?" kata profesor Thompson.

"Secara etis, tidak benar bagi sebuah museum hanya mengatakan 'kami menunggu Anda untuk menyelesaikan masalah', tapi tidak sadar jika mereka adalah bagian dari pasar gelap global ini, mereka adalah bagian dari masalah."

"Kita tidak bisa begitu saja mengambil benda orang lain, mengambil dewa orang lain," ujarnya.

Halaman
12
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan