Pengusaha tak Tertarik Imbalan Besar
Pengusaha Kalbar mengaku tidak tertarik dengan investasi yang semakin marak terjadi dengan promo
Editor:
Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Steven Greatness
TRIBUNNEWS.COM, PONTIANAK - Pengusaha Kalbar mengaku tidak tertarik dengan investasi yang semakin marak terjadi dengan promo menawarkan bunga yang sangat tinggi sekitar 50 persen per tahun. Satu di antara investasi yang dipromokan adalah investor cukup menyetorkan sejumlah dana dan akan mendapatkan imbalan bunga.
Pengusaha Pontianak, Nedy Achmad, mengaku banyak pengusaha Kalbar tidak tertarik dengan model investasi demikian karena tanpa ada usaha dan investasi yang dihasilkan high return.
Ia memaparkan, dalam dunia keuangan, investasi ini disebut Ponzi Scheme yang mengambil nama dari pencetus ide model investasi seperti ini. Meskipun demikian, konsumen tetap diharuskan untuk berhati-hati dan melakukan analisa serta tinjauan yang matang atas penawaran investasi yang ada, serta tidak terburu oleh tawaran bunga yang tinggi.
"Menurut saya, bunga sekitar 50 persen per tahun termasuk wajar untuk ukuran investasi, tergantung jenis dan pola investasi itu sendiri. Hanya saja perlu diingat bahwa high risk, high gain. Artinya potensi risiko juga besar dibalik pendapatan yang tinggi," ujarnya.
Nedy menambahkan, investasi dengan imbalan bunga yang tinggi kalau dihitung dengan bunga bank memang sangat tinggi bedanya, tapi untuk usaha atau investasi seperti di properti, saham, forex, dan sejenisnya, mendapatkan return sekitar 50 persen setahun sangat mungkin saja terjadi.
Kendati demikian, ia menegaskan harus mengetahui performance dan track record perusahaan terlebih dahulu, termasuk cek badan usahanya, lihat dan pelajari jenis atau macam investasi yang dikelola.
Selain itu, kemungkinan defaultnya, kinerja fund managernya, dan lainnya agar bisa mendapatkan return atau minimal serupa dengan kinerja dan usaha sendiri, tandasnya.
Pengusaha toko emas, Edy Tansuri, juga mengaku tidak tertarik dengan sistem dan cara kerja perusahaan yang memberikan imbalan yang sangat tinggi.
Perusahaan demikian kurang sehat, kalau imbalan bunganya tinggi pasti perusahaannya ada yang tak beres. Kalau tidak ada jaminan dari pemerintah maka bagusnya tidak inves ke sana.
"Sekarang banyak perusahaan yang banyak janji, kalau perputaran usahanya tidak lancar maka dana kita pun tidak lancar dibayar bunganya. Masyarakat sekarang maunya cepat dan enak dapat bunganya tapi belakangan baru menyesal uangnya tak kembali," paparnya.
Baca juga: