Jumat, 22 Agustus 2025

Endri Krisnu, Alumni PPK Sampoerna, Raih Omzet Rp 100 Juta Per Bulan

"Kami ingin memperkenalkan kepada masyarakat luas terkait dengan hasil produksi para pelaku UKM yang ada saat ini," katanya saat menggelar jumpa pers

surya/Sri handi Lestari
Tarauli Aritonan, CSR Manager PT HM Samporna Tbk (kiri), bersama dua dari 70 pengusaha UKM, yang akan ikut ajang PPK Expo, Rabu (26/8). 

“Awalnya, pangsa pasar kami hanya sekitaran Jawa Timur saja. Sekarang sudah merambah Palembang dan Bali. Tahun depan target tembus pasar Malaysia dan Singapura,” ujarnya saat ditemui di kesempatan yang sama.

Endri mengaku, melalui program PPK Sampoerna dirinya mendapat suntikan psikologis dan ilmu yang begitu besar dalam memulai bisnis. Dari binaan tersebut dia belajar mengenai strategi jitu pemasaran, kiat menjaring investor hingga pemilihan kemasan siap jual.

“Pada awalnya saya mengemas snack hanya plastik biasa, sekarang saya gunakan kertas karton dan alumuminium yang eye-catching. Bahkan saya mencoba merambah anak muda dengan membuat bentuk kemasan yang disukai anak muda,” ujarnya sambil tersenyum.

Dalam sebulan, perempuan berkerudung asal Pasuruan ini mampu mengantongi omzet Rp 100 juta dengan merek dagang Favoriet Snack yang dirintis sejak 2008.

Endri Krisna menambahkan ia membuka usaha makanan olahan dengan bahan baku bakso.

"Dengan modal awal sekitar Rp 1 juta, saat ini omzetnya menjadi Rp 15 juta per hari," jelasnya.

Manfaatkan Kain Sisa

Merintis Usaha Kecil dan Menengah (UKM), tidak semudah mendapat modal, pelatihan, dan pemasaran. Tapi juga harus ada ketekunan, fokus dan konsisten.

"Karena usaha itu tidak stagnan. Ada naik turunnya. Itu yang saya rasakan selama tiga tahun usaha aplikasi kain perca pada produk fashion tas dan dompet," jelas Fitrotin

Nisak, saat memaparkan usahanya sebelum mengikuti pameran Pusat Pendampingan Kewirausahaan (PPK) Sampoerna Expo 2015 pada September mendatang.

Fitro yang tinggal di daerah Sukorejo, Kabupaten Pasuruan, tak jauh dari pabrik Sampoerna, mendapatkan kesempatan mengembangkan ketrampilannya menjahit. Saat menjadi penjahit, pendapatan Fitro tidak pasti.

Ketika mendapat kesempatan ikut pelatihan kewirausahaan Sampoerna di tahun 2012, Fitro pun langsung memilih fokus menggeluti aplikasi kain perca.

"Saya punya banyak kain perca, sehingga bahan bakunya sudah ada," jelas istri dari Fadholi, dan ibu dari dua anak itu.

Dikatakan Fitrotin, kini, setelah berhasil menjadi pengusaha kain perca, dirinya sudah mempekerjakan warga desanya untuk memproduksi barang massal dari kain perca.

"Hasilnya saya bisa kirim ke luar Jatim lewat pameran-pameran UKM. Untuk penghasilan tiap bulannya saya bisa meraup untung Rp 5 juta per bulannya," jelas Fitra,yang menjual produknya dari harga Rp 30.000 hingga Rp 125.000 per produk, berupa dompet, tas untuk mukena, tas laptop, dan tas belanja dengan bahan dari kain.

Halaman
1234
Sumber: Surya
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan