Ini Strategi BRI Hadapi New Normal, Menjadi Akselerator Transformasi
krisis yang terjadi saat ini justru membuat PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk berupaya menjadi akselerator transformasi.
Penulis:
Fitri Wulandari
Editor:
Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masa pandemi virus corona (Covid-19) memang berdampak negatif bagi perekonomian global, termasuk dunia perbankan tanah air.
Namun, krisis yang terjadi saat ini justru membuat PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk berupaya menjadi akselerator transformasi.
Seperti yang disampaikan Direktur Utama BRI Sunarso dalam agenda video conference bersama para pemimpin redaksi, Jumat (5/6/2020).
Baca: Buat Milenial Betah, Bank BRI Sulap Kantornya Jadi Kekinian
Baca: Virus Corona Pengaruhi Ekonomi Global, Bank BRI Optimis Tumbuhkan Sektor Perbankan
"Hikmah dari krisis yang disebabkan oleh Covid-19 ini yang mengharuskan kita kerja dari rumah, dari remote area, mengharuskan bekerja tidak dengan tatap muka, maka hikmah dari krisis ini bagi BRI menjadi akselerator transformasi," ujar Sunarso.
Ia kemudian menjelaskan bahwa menghadapi era baru seperti saat ini, yakni 'New Normal', perusahaan tidak merasa kaget dan bingung.
Hal itu karena sejak 2016 lalu, BRI telah menyiapkan strategi dengan bertransformasi secara digital dan 'bersahabat dengan teknologi.
"Menyambut zaman baru yang kita sebut New Normal, sebenarnya bagi BRI tidak kaget karena yang kita siapkan adalah IT dan digital. Transformasi BRI yang sudah kita rancang dari tahun 2016 itu objek yang kita transform salah satunya adalah digital," tegas Sunarso.
Sehingga saat menghadapi New Normal karena pandemi corona, BRI merasa optimis bisa melalui krisis ini secara mulus.
"Maka ketika menghadapi New Normal,, di mana kita dengan terpaksa maupun sukarela harus menggunakan instrumen-instrumen digital dalam bekerja, maka kemudian rasanya sih tidak kaget," kata Sunarso.
Di kuartal I 2020, BRI mencatatkan penyaluran kredit hingga mencapai Rp 930,7 triliun.
Jika dibandingkan pada periode yang sama di tahun sebelumnya, masi ada kenaikan kredit hingga 10 persen.
Sementara untuk restrukturisasi kredit, sebanyak 2.303.429 nasabah debitur telah menerima relaksasi selama periode 16 Maret hingga 26 Mei 2020, dengan total baki debet Rp 140,24 triliun.