Minggu, 7 September 2025

Pandemi Covid-19 Ubah Paradigma Investor Tentang Strategi Membiakkan Modal

Bagi dunia bisnis dan pemilik aset, investasi berkelanjutan bukan sekedar “nice to invest” tetapi menjadi sebuah “new-normal”.

Tribunnews.com/Seno Tri Sulistiyono
Ketua IBS Dr. Kusumaningtuti Sandriharmy Soetiono, S.H., LL.M. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Choirul Arifin

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Paradigma konsumen, dunia bisnis, dan pemilik aset (investor) mengenai pentingnya aktivitas yang bertanggung-jawab kini berubah sebagai dampak dari pandemi Covid-19.

Kini banyak investor yang memikirkan kembali pendekatan mereka terhadap keputusan investasi dan alokasi modal dengan menjadikan keberlanjutan sebagai filosofi investasi mereka.

Hal ini sejalan dengan roadmap OJK mengenai Keuangan Berkelanjutan yang memasuki tahapan Strengthening Resilience (periode 2019-2024).

Baca: Investasi Mikro Berkelanjutan, Pilihan Baru Pertahankan Usaha di Tengah Pandemi

Pada tahapan ini, industri jasa keuangan ditargetkan untuk memperkuat manajemen risiko dan tata kelola perusahaan yang baik pada aspek sosial dan lingkungan.

Keuangan keberlanjutan tidak lagi sekedar perilaku pada segmen bisnis dan investasi tertentu (niche), tetapi akan menjadi perilaku yang mainstream (new-normal).

Bagi dunia bisnis dan pemilik aset, investasi berkelanjutan bukan sekedar “nice to invest” tetapi menjadi sebuah “new-normal”.

Baca: Kerjakan Tiga Proyek Anjungan, Pertamina Hulu Mahakam Tanam Investasi 105 Juta Dolar AS

"Bagi dunia bisnis dan pemilik aset, investasi berkelanjutan bukan sekedar “nice to invest” tetapi menjadi sebuah new-normal."

"Diperlukan strategi dan inovasi untuk menjadikan keuangan berkelanjutan sebagai filosofi dan tujuan investasi dalam kegiatan investasi “new-normal” mereka," ungkap Ketua IBS Dr. Kusumaningtuti Sandriharmy Soetiono, S.H., LL.M saat memberikan sambutan di seminar online yang diselenggarakan STIE Indonesia Banking School (IBS) bertajuk “Sustainable Finance: From Niche to New Normal”, Jumat (7/8/2020).

Di acara webinar ini dipaparkan bagaimana dukungan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar keuangan berkelanjutan menjadi praktek yang mainstream pasca pandemi Covid-19, untuk mempercepat penguatan manajemen risiko dan tata kelola perusahaan untuk aspek sosial dan lingkungan.

Baca: Realisasi Investasi Kuartal II di Bawah Target, Kepala BKPM Janjikan Permudah Perizinan ke Investor

Seminar online ini menghadirkan Prof. Dr. Muliaman D. Hadad, SE., MPA, yang pernah menjabat sebagai Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) periode 2006 - 2011 dan Ketua Dewan Komisioner OJK periode 2012-2017 dengan moderator Dr. Ira Geraldina, SE, Ak., M.S.Ak., CA, dosen Prodi S1 Akuntansi STIE IBS.

Dalam kesempatan tersebut, Muliaman mengatakan, sangat penting bagi kita untuk membuat agenda susulan sustainable finance pasca Covid-19 nanti.

“Covid ini berubah banyak hal. Sangat mempengaruhi kemanusiaan di seluruh dunia. Semua negara terganggu. Ini luar biasa, ekstra ordinary, jauh lebih dahsyat dari krisis sebelumnya,” paparnya. 

Dia menjelaskan, justru pandemi ini yang menyadarkan kita betapa pentingnya isu-isu sustainable finance ke depannya.

Selain itu, Covid juga memunculkan kesempatan untuk membuat langkah-langkah persiapan, terutama di industry keuangan pada saat recovery pasca Covid. Sustainable finance itu menyangkut isu-isu lingkungan, sosial dan pemerintahan.

Halaman
12
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan