Jumat, 22 Agustus 2025

Premium dan Pertalite akan Dihapus

Pertamina dalam Sorotan: Rugi Rp 11 Triliun hingga Rencana Hapus Premium dan Pertalite

Hal ini menyusul langkah Pertamina mengkaji kemungkinan menghapus Pertalite dan Premiun dari pasaran.

Penulis: Daryono
Tribunnews/Irwan Rismawan
Petugas melakukan pengisian bahan bakar minyak (BBM) di salah satu SPBU di Jakarta, Rabu (13/5/2020). Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) memproyeksikan realisasi jenis BBM tertentu dan jenis BBM khusus penugasan bakal di bawah kuota yang ditetapkan tahun ini, selama masa pandemi Covid-19 tren konsumsi BBM cenderung melemah hingga akhir tahun jika dibandingkan dengan konsumsi normal yang terjadi pada Januari dan Februari 2020. Tribunnews/Irwan Rismawan 

2. Rugi Rp 11 Triliun di Semester Pertama 2020

VP Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman menjelaskan penyebab Pertamina mengalami kerugian sebesar Rp 11,327 triliun.

Menurut Fajriyah, sepanjang semester I 2020, Pertamina menghadapi triple shock, yakni penurunan harga minyak mentah dunia, penurunan konsumsi BBM di dalam negeri, serta pergerakan nilai tukar dollar.

“Pandemi Covid 19, dampaknya sangat signifikan bagi Pertamina. Penurunan demand, depresiasi rupiah, dan juga crude price yang berfluktuasi yang sangat tajam membuat kinerja keuangan kita sangat terdampak,” ujarnya dalam keterangan, Senin (24/8/2020).

Menurut Fajriyah, penurunan demand tersebut terlihat pada konsumsi BBM secara nasional yang sampai Juni 2020 hanya sekitar 117 ribu kilo liter (KL) per hari atau turun 13 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019 yang tercatat 135 ribu KL per hari.

Saat pemberlakuan PSBB konsumsi BBM anjlok sampai 50-60 persen di kota-kota besar.

“Pertamina tetap optimis sampai akhir tahun akan ada pergerakan positif sehingga diproyeksikan laba juga akan positif, mengingat perlahan harga minyak dunia sudah mulai naik dan juga konsumsi BBM baik industri maupun retail juga semakin meningkat,’ ujar Fajriyah.

3. Setelah Rugi Rp 11 Triliun, Pertamina Raup Laba Rp 5,9 Triliun dalam Sebulan

Ilustrasi
Ilustrasi (IST)

Setelah mengalami kerugian sebesar Rp 11 Triliun di semester pertama 2020, Pertamina berhasil meraup laba di bulan Juli 2002. 

Vice President Corporate Communications Pertamina, Fajriyah Usman, melaporkan, penjualan seluruh produk sebesar 6,9 juta Kilo Liter (KL) atau meningkat 5 persen dibandingkan Juni 2020, sebesar 6,6 juta KL.

Sementara, dari sisi nilai penjualan, pada Juli berada di kisaran 3,2 miliar dollar AS, naik 9 persen dari bulan sebelumnya yang mencapai 2,9 miliar dollar AS.

"Kinerja kumulatif Juli juga sudah mengalami kemajuan dan lebih baik dari kinerja kumulatif bulan sebelumnya," katanya, dalam keterangan tertulis, Jumat (28/8/2020) sebagaimana dikutip dari Kompas.com 

Dengan adanya perbaikan tersebut, Fajriyah mengklaim pihaknya mampu memperbaiki kondisi keuangan perseroan yang mengalami kerugian sebesar 767 juta dollar AS, atau setara Rp 11,2 triliun (asumsi kurs Rp 14.600 per dollar AS), pada paruh pertama tahun ini.

"Mulai Mei berlanjut Juli, dan ke depannya, kinerja makin membaik. Dengan Laba Bersih (unaudited) di Juli sebesar 408 juta dollar AS (Rp 5,9 triliun), maka kerugian dapat ditekan dan berkurang menjadi 360 juta dollar AS atau setara Rp 5,3 triliun," kata Fajriyah.

Baca: Gerakkan Ekonomi Nasional, Pertamina Komitmen Tingkatkan TKDN

Lebih lanjut, Fajriyah mengakui, tidak mudah untuk mendongkrak kembali kinerja keuangan perseroan. Namun berbagai langkah strategis akan dilakukan untuk merealisasikan hal tersebut.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan