Kamis, 4 September 2025

Ekonom INDEF Aviliani: Pandemi Munculkan 7 Tantangan dan Peluang Baru di Bidang Digital, Apa Saja?

Ada 7 tantangan yang muncul karena pandemi Covid-19. Peluang tersebut dapat dimanfaatkan para pelaku ekonomi dan pengambil kebijakan untuk berinovasi

Editor: Choirul Arifin
dok.
Ekonom senior INDEF Aviliani di webinar Lintasarta Cloudeka Conference: ICT & Business Outlook 2022. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pandemi Covid-19 telah membawa dampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia dan dunia.

Kendati demikian, sejumlah negara memutuskan tak lagi menunggu pandemi Covid-19 selesai untuk memperbaiki ekonomi yang porak-poranda.

Para pemangku kebijakan di berbagai negara lebih memilih untuk sesegera mungkin mengambil keputusan untuk memperbaiki ekonomi hidup berdampingan dengan Covid-19.

Ekonom senior INDEF, Aviliani di gelaran Lintasarta Cloudeka Conference: ICT & Business Outlook 2022 yang digelar Lintasarta Cloudeka baru-baru ini menyebutkan, ada 7 tantangan yang muncul karena pandemi Covid-19.

Dia menekankan, peluang-peluang tersebut dapat dimanfaatkan para pelaku ekonomi dan pengambil kebijakan untuk berinovasi demi memperbaiki ekonomi.

Ketujuh tantangan tersebut adalah, pertama; adanya tantangan ekonomi global yang semakin penuh ketidakpastian dengan fase krisis yang semakin pendek.

Baca juga: Menkeu Berharap APBN dan APBD Jadi Motor Penggerak Pemulihan Ekonomi

Namun, hal ini menimbulkan peluang bagi pelaku ekonomi untuk bisa bertahan dan berkembang bila selalu menjalankan strategi yang inovatif dan kreatif, karena tidak akan ada sesuatu yang stabil.

Baca juga: Presiden Jokowi Minta 30 Juta UMKM Masuk Sistem Digital pada 2023

Kedua, sejumlah sektor industri yang akan tumbuh dan mengarah pada digitalisasi.

Hal ini memunculkan peluang bagi beberapa sektor industri yang perlu menjaga keberlangsungan bisnis dengan meningkatkan pemanfaatan Information and Communication Technology (ICT).

Baca juga: BI Masih Optimistis Ekonomi Indonesia Tahun Ini Tumbuh 4 Persen

Jika tidak, sektor industri akan dilibas oleh perusahaan lain yang lebih inovatif.

Ketiga, pandemi Covid-19 memunculkan tantangan permintaan yang rendah dan membutuhkan waktu cukup lama untuk pulih. Hal ini memberi peluang potensi pasar yang masih besar.

Baca juga: Menko Airlangga: RI Alami Pertumbuhan Triwulan Tertinggi Sejak Krisis Sub-prime Mortgage

Maka itu, pelaku ekonomi harus memanfaatkan peluang pasar domestik, terutama bagi kelas menengah.

Tantangan keempat, pertumbuhan ekonomi dinilai masih akan rendah.

Namun, masih ada sektor-sektor yang mempunyai prospek cukup baik sehingga ini bisa menjadi sasaran perusahaan ICT, seperti sektor keuangan yang saat ini sedang berbenah diri untuk memperbesar produk digital, dan perusahaan lain yang berlomba-lomba memanfaatkan peran teknologi.

"Tantangan kelima, pandemi yang cukup lama telah mengubah perilaku masyarakat dalam bertransaksi, berinvestasi dan dalam perilaku hidup," ujar Aviliani.

"Hal ini memberi peluang perilaku masyarakat beralih ke arah digital akan semakin besar, sehingga perusahaan akan mengikuti kebutuhan pasar," kata Aviliani.

Tantangan keeenam, pertumbuhan ekonomi masih akan rendah pada 2021, sedangkan 2022 diprediksi lebih rendah dari 2021. Namun, hal ini membawa peluang masih ada sektor-sektor yang mempunyai prospek baik.

Tantangan terakhir, digitalisasi ekonomi akan terjadi di berbagai sektor, dan membutuhkan perubahan dalam berbagai hal.

Hal ini membutuhkan kemampuan untuk membangun aplikasi yang sesuai, serta kecanggihan infrastruktur teknologi.

"Maka itu, diperlukan infrastruktur yang memadai dan SDM yang mampu adaptif. Untuk mendukung digitalisasi yang semakin besar peluang pekerjaan baru dan investasi di sektor teknologi," ungkap Aviliani.

Menurut dia, sepanjang 2008-2019, terjadi gejolak ekonomi dunia yang bersumber dari sektor keuangan, energi, maupun perdagangan. Krisis tersebut tidak begitu nyata menekan sisi permintaan dan penawaran.

Namun, jika tidak disikapi oleh para pengusaha dan regulator, maka krisis ekonomi akan terjadi berkepanjangan.

Dalam paparannya, Aviliani juga menyebutkan sejumlah sektor yang mengalami pemulihan dalam waktu yang cepat.

Antara lain, sektor informasi dan telekomunikasi, industri makanan dan minuman, jasa kesehatan, pendidikan, agrikultur dan peternakan, serta air bersih.

Sementara itu, sektor yang pemulihannya sedang yakni, sektor perdagangan besar dan retail, industri pengolahan, sektor keuangan, konstruksi, minyak dan gas, transportasi dan pergudangan, serta pertambangan.

Sedangkan, sektor yang pemulihannya lambat di antaranya, sektor hotel dan restoran, transportasi udara, dan real estate.

Menurut dia, pandemi Covid-19 mempercepat peralihan sektor industri ke penggunaan teknologi.

Beberapa di antaranya, sektor-sektor yang dapat dijalankan dengan berbasis teknologi adalah sektor kesehatan, pariwisata, industri, pendidikan, transportasi, agrikultur, perdagangan, perbankan dan asuransi.

President Director Lintasarta Arya Damar menyatakan sependapat dengan paparan Aviliani. Menurutnya pandemi Covid-19 telah memporak-porandakan sektor ekonomi dan sektor kesehatan.

Hampir seluruh negara mengalami pelemahan ekonomi.

Kendati demikian, Arya menilai pada 2022 terdapat secercah harapan, seiring dilakukannya vaksinasi secara masif, diikuti perbaikan kebijakan ekonomi di sejumlah negara.

"Pandemi tidak hanya sekadar memporak-porandakan seluruh lini, tetapi juga menjadi pembelajaran di mana hal ini dapat mendorong penggunaan teknologi lebih cepat lagi," ujarnya.

Dia menekankan, pada dasarnya, teknologi merupakan pendorong pertumbuhan ekonomi. Pandemi Covid-19 juga membuat para pekerja menjadi terbiasa bekerja secara mobile di luar kantor.

Sebagian orang tetap akan bekerja secara hibrid, bekerja dirumah dan di kantor.

"Digitalisasi tidak hanya dinikmati oleh masyarakat, tetapi juga oleh perusahaan. Korporasi yang menerapkan digitalisasi mengalami peningkatan penjualan 21 persen lebih tinggi daripada perusahaan konvensional."

"Bahkan, keuntungan perusahaan melonjak 16 persen lebih tinggi dari perusahaan yang tidak menerapkan digitalisasi," ungkap Arya.

Maka itu, perusahaan perlu mempersiapkan teknologi tepat guna untuk mendukung keberhasilan bisnisnya.

Hal ini dapat dilakukan dengan menyerahkan strategi teknologi kepada pihak lain. Baik dalam hal pengadaan infrastruktur berteknologi, server, aplikasi, maupun sistem keamanan.

Arya menambahkan, Lintasarta saat ini meluncurkan kembali layanan Lintasarta Cloudeka.

"Kami menyiapkan Cloud kepada seluruh industri dan di-bundling dengan infrastruktur, cloud, security dan aplikasi. Kami berharap bisa membantu perusahaan untuk turut mendukung pertumbuhan ekonomi nasional," ujarnya.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan