Senin, 13 Oktober 2025

Saingi Dolar AS, Rusia dan Negara-negara BRICS Bakal Produksi Mata Uang Cadangan Internasional Baru

Rusia dan anggota negara-negara BRICS mengungkapkan sedang menciptakan mata uang cadangan internasional.

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Rusia dan anggota negara-negara BRICS mengungkapkan sedang menciptakan mata uang cadangan internasional. Analis percaya mata uang cadangan ini dimaksudkan untuk menyaingi dolar AS dan mata uang Hak Penarikan Khusus (SDR) Dana Moneter Internasional (IMF). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nur Febriana Trinugraheni

TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Rusia dan anggota negara-negara BRICS mengungkapkan sedang menciptakan mata uang cadangan internasional.

Analis percaya mata uang cadangan ini dimaksudkan untuk menyaingi dolar AS dan mata uang Hak Penarikan Khusus (SDR) Dana Moneter Internasional (IMF).

Pada akhir Juni lalu, anggota-anggota BRICS yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan mengadakan konferensi tingkat tinggi (KTT) ke-14 untuk membahas permasalahan global.

Baca juga: China Ledek G7, Bandingkan Populasinya yang Kalah Jauh dengan Kelompok BRICS

Selama KTT BRICS berlangsung, Pemimpin Rusia Vladimir Putin mengumumkan kelima negara anggota BRICS berencana mengeluarkan mata uang cadangan internasional baru.

"Masalah menciptakan mata uang cadangan internasional berdasarkan sekeranjang mata uang negara kita sedang ditinjau. Kami siap bekerja sama secara terbuka dengan semua mitra yang adil," kata Putin pada saat itu, yang dikutip dari Bitcoin News.

Putin juga mengungkapkan, Turki, Mesir dan Arab Saudi sedang mempertimbangkan untuk bergabung dengan BRICS.

Analis percaya langkah BRICS untuk menciptakan mata uang cadangan internasional ini sebagai upaya untuk melemahkan dolar AS dan SDR IMF.

Baca juga: 7 Poin Penting Deklarasi KTT BRICS ke-14, Dipimpin Beijing Secara Virtual

“Ini adalah langkah untuk mengatasi anggapan hegemoni AS terhadap IMF. Ini akan memungkinkan BRICS untuk membangun lingkup pengaruh dan unit mata uang mereka sendiri di dalam lingkup itu.” ujar kepala pasar global di ING, Chris Turner.

Sementara berita mengenai mata uang cadangan yang dibuat BRICS mungkin mengejutkan beberapa orang, namun laporan khusus tentang negara-negara anggota BRICS yang ingin melawan dolar AS telah dilaporkan selama beberapa kali. Pada akhir Mei 2022, sebuah laporan dari Global Times mencatat para anggota BRICS didesak untuk mengakhiri ketergantungan mereka pada dominasi global dolar AS.

Hubungan bisnis Rusia dan Negara-negara BRICS meningkat

Pada bulan ini, Vladimir Putin menjelaskan hubungan bisnis Rusia dengan negara-negara BRICS telah meningkat.

“Kontak antara kalangan bisnis Rusia dan komunitas bisnis negara-negara BRICS telah meningkat,” ungkap Putin.

Presiden China Xi Jinping (kiri), Presiden Rusia Vladimir Putin (kedua dari kiri), Presiden Brasil Jair Bolsonaro (tengah), Perdana Menteri India Narendra Modi (kedua dari kanan), dan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa (kanan) menghadiri pertemuan dengan anggota Dewan Bisnis dan manajemen Bank Pembangunan Baru selama KTT BRICS di Brasilia, 14 November 2019.
Presiden China Xi Jinping (kiri), Presiden Rusia Vladimir Putin (kedua dari kiri), Presiden Brasil Jair Bolsonaro (tengah), Perdana Menteri India Narendra Modi (kedua dari kanan), dan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa (kanan) menghadiri pertemuan dengan anggota Dewan Bisnis dan manajemen Bank Pembangunan Baru selama KTT BRICS di Brasilia, 14 November 2019. (Pavel Golovkin / POOL / AFP)

Presiden Rusia ini mencatat, toko ritel India akan dibuka di Rusia, dan mobil serta perangkat keras China akan diimpor secara teratur. Selain Afrika Selatan, Rusia juga akan meningkatkan bantuan asing dan mengirimkan senjata ke negara-negara Afrika Sub-Sahara.

Pada Forum Ekonomi Internasional di St. Petersburg tahun ini, dalam pidatonya yang berdurasi 70 menit, Putin mengatakan AS telah menguasai sistem keuangan dunia selama bertahun-tahun.

“Tidak ada yang bertahan selamanya. [Orang Amerika] menganggap diri mereka luar biasa. Dan jika mereka pikir mereka luar biasa, itu berarti semua orang adalah kelas dua,” kata presiden Rusia itu kepada para peserta forum.

Sedangkan dalam pidato dua tahunannya, Putin mengatakan kepada duta besar Rusia bahwa kekuatan ekonomi pihak Barat telah melemah.

“Masalah sosial ekonomi domestik yang semakin parah di negara-negara industri akibat krisis (ekonomi) melemahkan peran dominan yang disebut Barat historis. Bersiaplah untuk setiap perkembangan situasi, bahkan untuk perkembangan yang paling tidak menguntungkan," kata Putin kepada para duta besar Rusia.

Sementara itu, Bloomberg menerbitkan laporan pada bulan Juni lalu mengenai KTT BRICS dan mencatat Presiden China Xi Jinping menyatakan NATO berupaya memusuhi Federasi Rusia. Xi juga menyampaikan negara-negara tertentu yang mendukung eksepsionalisme akan goyah karena menderita kerentanan keamanan.

Baca juga: Wamenlu Rusia: Negara BRICS Akan Berada Pada Jantung Tatanan Dunia Baru

Eksepsionalisme adalah istilah yang merujuk kepada anggapan bahwa suatu negara atau bangsa itu lebih istimewa dan spesial dibanding negara atau bangsa lainnya.

“Politisasi, instrumentalisasi, dan persenjataan ekonomi dunia menggunakan posisi dominan dalam sistem keuangan global untuk menjatuhkan sanksi secara sembarangan hanya akan menyakiti orang lain serta melukai diri sendiri, membuat orang-orang di seluruh dunia menderita. Mereka yang terobsesi dengan posisi kekuatan, memperluas aliansi militer mereka, dan mencari keamanan mereka sendiri dengan mengorbankan orang lain hanya akan jatuh ke dalam teka-teki keamanan," ungkap presiden China ini.

Penguatan negara-negara BRICS telah berlangsung sebelum konflik di Ukraina dimulai. Pada tahun 2014, Rusia sepenuhnya mengembangkan System for Transfer of Financial Messages (SPFS), dan kemudian sistem pembayaran Mir diluncurkan. pada tahun yang sama, sebagai tanggapan atas pencaplokan Krimea, Rusia menimbun emas dalam jumlah yang besar.

China juga menimbun emas dalam jumlah yang besar. Dua negara ini telah meningkatkan pembelian cadangan emas mereka beberapa tahun sebelum perang Ukraina dimulai. Bank Rusia juga bergabung dengan Sistem Pembayaran Antar Bank Lintas Batas (CIPS) yang diluncurkan China, sehingga memudahkan kedua negara untuk berdagang.

Sementara sejak Perang Dunia I, dolar AS telah menjadi mata uang cadangan global dan AS muncul sebagai kreditur internasional terbesar. Maju lebih cepat ke hari ini, USD masih menjadi mata uang paling kuat. Indeks mata uang dolar AS (DXY) naik lebih dari 10 persen tahun ini dan melampaui mata uang kuat lainnya seperti yen Jepang,

Namun rubel Rusia telah menjadi pesaing kuat dolar AS tahun ini, dan menjadi salah satu mata uang fiat dengan kinerja terbaik pada tahun 2022.

Kepala kelompok riset pasar di Goldman Sachs, Kamakshya Trivedi, menekankan melonjaknya inflasi dan kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve AS (The Fed) adalah dua permasalahan yang sulit dihadapi pasar keuangan. Namun analis Goldman Sachs berpikir dolar AS, setidaknya untuk saat ini, akan tetap kuat.

"Untuk saat ini, kami masih mengharapkan dolar untuk diperdagangkan di depan. Mungkin ada sedikit lagi yang harus dilakukan, tetapi mungkin bagian terbesar dari pergerakan dolar mungkin berada di belakang kita," tulis Trivedi.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved